Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bicara dengan Puisi #5: Fiksilogi

20 Oktober 2023   06:20 Diperbarui: 20 Oktober 2023   06:24 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Eko Irawan seri bicara dengan puisi #5 lokasi monumen Chairil Anwar Kayutangan Malang

Bicara dengan puisi #5 : Fiksilogi
Ditulis oleh : eko irawan

Puisi itu fiksi. Dibaca bicara deklamasi. Didengar untuk dicermati. Hidup sekali harus punya arti.

Baca puisi, tak perlu malu. Bukan cengeng, bukan mendayu Dayu. Puisi itu bukan potret semu. Puisi itu fiksilogi ya kamu.

Fiksi bukan khayal, fiksi bukan tak masuk akal. Fiksi itu cara nikmati syukur tanpa sangkal. Bebaskan tarian pena, bebaskan jiwa dangkal. Ingat, bukan tak normal tapi inilah kenyataan.

Jujur, nanti tersinggung. Apa adanya, tidak disanjung. Jelas, akan dipentung, digulung. Tapi diam, tak guna berbuah murung.

Punya suara tapi bisu. Haruskah bungkam dalam deklamasi semu. Puja raja memuji permata palsu. Setinggi langit dalam bait nan rancu.


Rangkailah puisi, bermakna hakiki. Pena merdeka, dalam simbul murni. Bermakna kias, lahirkan inspirasi. Puisi itu fiksilogi tinggi, tak sombong tapi sejati.

Puisi makna dalam diksi. Mulut dibungkam tapi tidak dengan hati. Indah dirasa, dipeluk bait cinta hakiki. Jangan mati, bicaralah dengan puisi.

De huize Fiksilogi, 19 Oktober 2023
Ditulis untuk Seri Bicara dengan Puisi 5

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun