Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rayuan Rayu Merayu

6 Maret 2023   14:53 Diperbarui: 6 Maret 2023   23:05 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seri Rayuan Rayu Merayu #1

Puisi : Rayuan Rayu Merayu

(Seri Rayuan Rayu Merayu #1)



Kukenal Rayuan itu, Dari ibuku.
Agar aku menerima mainan pilihan ibu.
Bukan pilihanku. Itu pertama dirayu.

Agar aku rajin sekolah. Rajin mengaji.
Rajin bangun pagi dan ibadah.
Rajin kerjakan tugas sekolah.
Rajin bantu bantu dirumah.
Giat dan rajin, agar aku jadi orang.

Aku terus saja dirayu.
Melawan jiwa pemberontak. Yang dilarang larang. Ditertawakan sepantaran. Anak Mama.

Saat cari jati diri. Terus dirayu.
Dirayu dengan penuh kasih sayang.
Karena ibu Tahu dan pernah muda.
Karena ibu paham gejolak Remaja.

Mohon Maaf ibu. Aku melawan.
Saat doa doamu di Ijabahi Tuhan.
Babah sak karepmu Dewe.
Babah sak senengmu Dewe.
Ternyata ibu memberi Jalan bahagia.
Agar anaknya Tak Sengsara.

Kini tinggal satu doamu, Selepas Kepergian mu. Tak bisa direvisi. Tak bisa dirubah. Titah terakhir sebelum Naja'.
Titah yang Harus Dijalankan.

Rayuan Rayu Merayu.
Jika itu ibumu, patuhi. Karena Ibu tahu masa depanmu. Paham gejolakmu.
Muliakan Ibumu, Saat masih ada.
Jika Beliau pergi, tak ada lagi cinta sejati.
Selain cinta murni dari ibumu.


De Huize Dongkel, 6 Maret 2023
Ditulis oleh Eko Irawan
Untuk Seri Rayuan Rayu Merayu #1

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun