Mohon tunggu...
Ira Pranoto
Ira Pranoto Mohon Tunggu... Guru - Ibu Rumah Tangga

Menebar kebaikan lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerita Rakyat | Teluk Awur 2

18 Mei 2021   12:52 Diperbarui: 18 Mei 2021   13:13 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Teluk Awur. (Dok. Pribadi)

"Dengar, ya, kalian semua. Saya ini bukan mata-mata, tapi saya adalah Raja Jaka Wangsa, raja kalian. Saya sudah berkali-kali teriak teluk, tapi kalian tetap saja ngawur."*

Kalimat terakhir Jaka Wangsa menyebabkan para pengeroyok kembali memukulinya. Karena luka yang sangat parah, raja yang malang itu akhirnya meninggal dunia.

Seiring berjalannya waktu, pantai tempat meninggalnya Raja Jaka Wangsa dinamai Teluk Awur yang diambil dari kata 'teluk' dan 'ngawur'.

***

Jepara, 17 Mei 2021
Ditulis oleh Ira Pranoto.

Keterangan :
* Matun : mencabuti rumput yang tumbuh liar di ladang atau sawah.
* Keren : beberapa batu besar atau batu bata atau genteng yang disusun dan ditata sedemikian, digunakan untuk memasak dengan bahan bakar kayu atau dedaunan kering.
* Kentrung : alat musik seperti gitar yang berukuran kecil.
* Kijing : jenis kerang yang berukuran lebih kecil dan bercangkang agak pipih.
* Kepis : tempat untuk menyimpan ikan yang terbuat dari anyaman bambu.
* Ngawur : gegabah.
* Teluk Awur : salah satu pantai di Kabupaten Jepara, terletak di Desa Telukawur, Kecamatan Tahunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun