Mohon tunggu...
Ira Ardila
Ira Ardila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Artikel ini saya buat untuk berbagi pengalaman, ilmu pengetahuan, dan menuangkan rasa dalam kata. ingin menggunakan tinta yang sudah Allah sediakan untuk menulis ilmu pengetahuan yang tidak ada habis-habisnya. Saya bukan pengingat yang baik, maka setiap kata yang ditulis adalah alarm terbaik untuk saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Pengabdian Sobat Mengajar Indonesia Part #5: Sekolah Alam, Bermain, dan Belajar Pada Alam

17 Oktober 2022   21:04 Diperbarui: 17 Oktober 2022   21:10 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi: Belajar Pada Alam

Hari Senin hingga Sabtu sudah kami lalui dengan belajar di sekolah. Besok pagi, hari Minggu anak-anak tetap saja meminta untuk belajar bersama kami. Kali ini mereka mengajak kami ke pantai, kata mereka pantainya sangat indah. Pantainya pun tidak terlalu jauh dari sekolah tempatku mengabdi, hanya sekitar satu jam jalan kaki, kami pun bertiga rapat untuk membahas konsep belajar di alam terbuka, kami memanfa'atkan alam untuk bebas bergerak, sehingga kami memutuskan untuk mengadakan kegiatan outbound atau permainan di pantai, permainan yang kami adakan yaitu: Lomba estafet air, lomba kelereng, lomba estafet bola pakai sumpit, dan lomba balap karung.

Pagi-pagi sekali anak-anak sudah ada di rumah Ibu Siti, rumah yang kami tempati selama pengabdian. Mendengar ramainya suara anak-anak di luar, aku pun yang sudah siap berangkat ke pantai, ke luar menemui cerianya anak-anak. Mereka sudah ada yang membawa perbekalan seperti beras, ikan asin, pisang, daun singkong, dan lain-lainnya, aku tidak bisa menyebutkan karena bawaan mereka sangat beragam. Sengaja mereka membawa bahan makanan, kata mereka pengen ngaliwet di pesisir bersama kami, guru dari Sobat Mengajar.

Sekitar pukul 07.30 WIB, dengan cuaca yang bersahabat, sepertinya matahari juga tersenyum melihat senyum anak-anak yang antusias, kami pun berangkat dengan berjalan kaki, dengan suasana riang gembira, melewati hutan-hutan, bebatuan krikil, dan melewati perkampungan warga. Tak hentinya anak-anak bercerita, apa saja diceritakan dan apa saja ditanyakan. Sesekali anak-anak menunjukkan rumah mereka. "Ibu, yang itu rumahku" kata salah satu anak, sambil menunjuk ke arah rumah yang dituju. "Nanti main ya, Bu" lanjutnya lagi. "Iya, Insya Allah nanti Ibu dan bapak guru main ke rumah kamu, sekalian silaturahmi". Sesekali kami membungkukan badan atau menundukkan kepala ketika bertemu warga "punten, ibu bapak" ucap kami ketika berpapasan dengan warga. Warga di sini sangatlah ramah sekali, sangat sederhana dan senang berbagi. Hampir setiap hari ada siswa yang mengantarkan makanan atau bahan makanan untuk dimasak, mereka bilang itu dari orangtuanya untuk bapak ibu guru sobat, intinya banyak sekali kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh warga dan anak-anak di sini.

Perjalanan sudah hampir 45 menit, aku sudah merasa lelah, maklum aku jarang sekali jalan kaki, Rereh pun demikian. "Masih jauh ya pantainya?" tanyaku sambil napasku terengah-engah. "Enggak ko, Bu. Sebentar lagi" jawab beberapa anak dengan nada menyemangatiku. Akhirnya aku dan anak-anak terus berjalan, kata 'sebentar' dari anak-anak ternyata 'lama' menurutku yang jarang sekali jalan kaki dengan jarak yang jauh. Aku tidak ingin terlihat lemah di hadapan anak-anak, aku pun terus berjalan. "Itu udah kelihatan pantainya, Ibu" teriak salah satu anak sambil menunjuk ke depan. Pantai sudah terlihat, airnya terlihat biru dengan hamparan pasirnya yang menambah keindahan.

Tibalah kami di kampung pesisir pantai, kami pun segera memulai kegiatan. Aku dan tim membagi tugas. Aku bertugas menyampaikan materi tentang tafakkur alam, sedangkan yang lainnya ada yang bertugas menyiapkan peralatan untuk bermain.

Matahari sudah semakin naik setinggi tombak, aku dan tim pun menginstruksikan kepada anak-anak untuk membuat lingkaran, suara deburan ombak dan ributnya angin pantai membuat suasana menjadi semakin ramai mengiringi setiap gerakan dan suara anak-anak.

Aku sudah berada di tengah-tengah anak-anak yang melingkar, secara perlahan aku menarik napas dan cerianya anak-anak seakan menular ke wajahku, aku pun turut ceria, memberikan ice breaking juga memberikan materi tentang tafakkur alam.

Pemandangan laut yang biru, pesisir pantai yang putih, dan jejeran batu karang membuat pemandangan alam menjadi sangat indah, di sinilah aku menyampaikan kalimat demi kalimat untuk mensyukuri kehidupan juga mensyukuri alam semesta yang sudah Allah ciptakan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya, diantara ciptaan Allah sekecil apapun itu tidak ada yang sia-sia. Tak lupa aku memberikan pesan agar menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan.

Kegiatan tafakkur diselingi diskusi sudah kurasa cukup. Aku mempersilahkan anak-anak untuk bermain dengan alat alat permainan yang sudah disiapkan oleh anak-anak dan juga tim sehari sebelum kegiatan. Ada egrang, bola, bakiak, bola sumpit, balap karung, memasukkan paku ke dalam botol, estafet air, dan lomba kelereng. Terlihat senyum anak-anak yang terpancar, kegembiraan tak bisa ditutupi lagi, anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok. Terlihat perwakilan dari setiap kelompok sudah memulai lomba yaitu lomba balap karung, bisa dibayangkan betapa indah dan serunya balap karung di pasir pantai, bermain egrang di pasir pantai yang tidak semudah di tanah, anak-anak berlarian untuk berpindah pos permainan yang menandakan permainan satu berganti ke permainan yang lainnya.

Cuaca semakin terik, ku perkirakan saat itu jam 11, semua kelompok sudah selesai mencoba semua permainan. "Bu, aku laper, kita ngeliwet yuk" kata beberapa orang yang datang bergerombol kepadaku. Anak-anak pun memencar, ada yang mencari kayu bakar, ada yang membuat tungku dari kayu-kayu, ada yang mencuci beras, dan lain sebagainya. Beberapa kali api mati karena ditiup angin pantai yang kencang, namun untunglah karena anak-anak inisatif menjaga tungku dari keroyokan angin. Sambil menunggu makan, sebagaian anak-anak kembali bermain dengan berenang ataupun ngobrol bersama teman-temannya. Setelah 2 jam, makanan pun siap dihidangkan, kami makan bersama di antara rumput dan pohon-poon di bibir pantai. Makan liwet ini sebagai kegiatan penutup belajar sambil bermain di pantai. Kami pun pulang dengan tubuh lelah namun hati yang Bahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun