Salah satu kurikulum Pendidikan yang ada di Universitas Teknologi Digital, Program Pasca Sarjana Manajemen Inovasi, adalah karyawisata, dimana para Mahasiswa di wajibkan  melakukan kunjungan ke daerah diluar daerah atau provinsi yang ditinggali minimal 2 provinsi atau paling baik adalah 3 provinsi, hal ini di maksudkan  agar para mahasiswa mampu  mengembangkan wawasan, menumbuhkan semangat, dan melihat kondisi di lapangan, serta merasakan kehidupan masyarakat di tempat tersebut. kali ini kami melakukan kunjungan ke desa Jatisawit, kabupaten brebes, jawa tengah dan  Desa Wisata Jamu Kiringan Bantul, DI Yogyakarta
Tujuan dari Karyawisata ini adalah:
* Memotret kegiatan di daerah atau desa terpencil.Â
* Menambah wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa mengenai tempat-tempat yang baru.Â
* Sebagai sarana pengenalan mahasiswa dengan budaya lain.Â
* Memberi kesempatan mahasiswa untuk belajar secara langsung dari narasumber.Â
*Melatih mahasiswa menulis laporan perjalan secara sistematis
Dalam kunjungan ke Desa Jatisawit kami bertemu dengan 2 narasumber yaitu:Â
1. Bapak kepala desa Jatisawit yaitu  Bapak Dedi Susilo Wibowo, SPd yang menceritakan masih banyaknya potensi di daerah tersebut yang belum tercover dengan baik. seperti tempat wisata yang ada di wilayahnya, demikian pula dengan masalah kesejahteraan masyarakat,  masih ada kesenjangan kesejahteraan masyarakat di lingkungan tersebut dan rasa ketidak adilan bagi warga yang kurang mampu karena pendataan yang belum maksimal
2. Â Produsen tempe, dimana tempe yang di produksinya sudah terverifikasi halal oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia). ditempat ini, kami diperkenankan untuk melihat dan mempelajari cara memproduksi tempe agar tetap terjaga kehalalannya.
Desa Wisata Jamu kiringan Canden Jentis, Bantul, DI Yogyakarta
3. Disini  kami berkunjung ke kediaman  Bapak Sutrisno, sesepuh peracik jamu yang ada di Dusun Kiringan beliau merupakan salah seorang pelopor terbentuknya Dusun Kiringan sebagai Desa Wisata di Bantul. Sudah banyak ide-ide yang lahir dan diaplikasikan oleh warga Dusun Kiringan dari hobinya membuat racikan jamu tersebut. Hingga sekarang berbagai inovasi masih terus ia kembangan agar racikan jamunya dapat dinikmati oleh lebih banyak orang.  Sebelumnya Dusun Kiringan terkenal dengan jamu segar atau jamu gendong, kemudian Sutrisno membuat inovasi  dengan membuat jamu yang di masukkan kedalam kapsul,jamu berbentuk selai, permen, eskrim,wedang jossja. Perbedaan mendasar antara wedang Jossja dengan produk jamu instan lainnya adalah tambahan kreamer diracikannya yang membuat jamu terasa seperti minuman segar.
"Rasanya seger, tidak akan berasa minum jamu tapi sudah berkhasiat jamu. Ini baik buat pernapasan, masuk angin, osteoporosis," ucapnya.
    
Yang terpenting dari Karyawisata ini adalah kami mendapatkan beragam ilmu dan pengalaman baik mengenai tata kelola pedesaan, cara memproduksi tempe hala, dan mendapat ilmu tentang jamu tradisonal yang sudah jarang kita temui.Â
Dengan demikian  dari kedua propinsi ini,walaupun dengan kondisi teknologi yang minim, ternyata selalu ada seseorang yang menjadi inspirator dan motivator yang dapat mengembangkan wilayah tersebut menjadi lebih baik.
Kreator: Ira Rachmawati Arsyady
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI