Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote, Meredam Langit | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Sepatu Lusuh

15 Oktober 2025   08:08 Diperbarui: 19 Oktober 2025   15:38 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ih, jorok banget sih. Masa ke sekolah pake sepatu kayak gitu? Malu-maluin kelas aja, lo!" cibir Clarissa.

Aku tahan air mataku. Masuk kelas, duduk di pojok seperti biasa. Sendiri. Dan memang aku selalu sendiri.

Saat jam istirahat, aku tidak ke kantin di saat siswa lainnya berhamburan. Tidak punya uang jajan. Aku hanya duduk di perpustakaan, pura-pura baca buku. Tanpa sengaja, aku mendengar percakapan dari balik rak buku.

"Kasihan juga ya si Painem," suara Jessica pelan.

"Ah, jangan sok baik lo, Jes. Kemarin lo juga yang bilang dia bau," sahut Clarissa.

"Iya sih. Tapi gue denger dari Bu Ratna, bapaknya dia cuma tukang parkir. Ibunya udah meninggal. Kasihan kan?"

"Terus kenapa? Emang salah gue kalo dia miskin? Gue juga punya masalah, tau!"

Aku mengepalkan tangan. Mereka membicarakanku seperti aku ini bagaikan tontonan bagi mereka. Sepertinya kemiskinan itu hiburan buat mereka.

Sepulang sekolah, aku lewat toko sepatu di pasar PD Jaya Jatinegara. Di etalase toko itu masih ada sepatu putih bersih yang sempat aku taksir saat itu, jauh sebelum ibu sakit lalu pergi meninggalkan kami berdua. Ibu sudah pernah janji akan menghadiahiku sepatu itu. Harganya Rp. 350.000. Aku pegang uang recehan di saku. Rp. 5.000. Hasil nabung seminggu.

Tiba-tiba ada tangan menepuk bahuku. Aku kaget. Pak Budi, guru BK.

"Painem, kebetulan sekali Bapak ketemu kamu di sini. Ikut Bapak sebentar, ya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun