Mohon tunggu...
Iqbal Maulana
Iqbal Maulana Mohon Tunggu... Freelancer - Membaca dan Menulis

Seorang pembaca, pendengar musik dan penikmat teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Cita-citaku Jadi Youtuber!

28 Juli 2019   13:53 Diperbarui: 28 Juli 2019   14:58 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Belum lama ini publik dihebohkan dengan panggilan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) kepada seorang YouTuber terkenal, Kimi Hime. Perempuan yang bernama asli Kimberly Khoe ini dikenal sebagai konten kreator gim dan telah memiliki lebih dari dua juta subscriber. Pasalnya, pemanggilan tersebut didasarkan pada beberapa kontennya yang dianggap vulgar dan tidak etis. Wah, kenapa bisa ya?

Setelah adanya berita tersebut, saya tertarik untuk mencoba mengklarfikasi dengan menonton beberapa konten yang telah diunggahya di panel YouTube sebagai sampel. Hasilnya, memang beberapa sampel video tersebut menunjukkan kepiawaiannya sebagai seorang gamer. Akan tetapi, mungkin yang menjadi dasar aduan ke Kemkominfo adalah gaya pakaiannya yang agak terbuka. Bahkan terdapat thumbnail di beberapa videonya yang memang sedikit mengganggu berupa fotonya yang berbusana minim. Haduh.

Kasus pemanggilan tersebut menambah tingkat kewaspadaan kita terhadap platform penyedia video yang fenomenal ini. Memang, konten-konten yang berada di dalamnya murni hak pembuat konten dalam saluran yang dikelolanya. Tetapi, pilihan untuk menonton ada di tangan kita sebagai viewers. Biasanya sih, sebelum meonton kita memilih konten-konten yang sesuai dengan kebutuhan dan selera. Bagi yang ingin belajar memasak, tentu akan menonton saluran yang menyediakan tata cara memasak sebuah menu yang enak. Begitupun bagi penikmat wisata, pembelajar otodidak dan pencari manfaat lain tentunya akan menonton video yang dapat menambah wawasan mereka.

Tetapi ada sebuah fenomena yang sangat menarik di Indonesia. Berdasarkan riset yang dikerjakan oleh Google dan Kantar TNS pada tanggal 9 Mei 2018, sebanyak  92 persen dari 1500 pengguna Indonesia menyatakan YouTube adalah tujuan pertama mereka ketika mencari konten video. Dengan tingginya minat pengguna, maka tak heran pada saat penelitian tersebut dirilis, terdapat 38 saluran asal Indonesia dengan subscriber lebih dari satu juta. Profesi sebagai Youtuber pun menjadi sebuah prestise dan mulai mendapat perhatian lebih di mata masyarakat.  

Antara Viral dan Kualitas Konten

"Cita-citanya apa Raffi?"

"Jadi YouTuber, pak"

 Jawaban tersebut sontak membuat Bapak Presiden Jokowi tertawa. Kejadian 2 tahun tersebut memang menyita perhatian publik. Bagaimana tidak, cita-cita anak SD yang biasa didominasi dokter, arsitek, astronot dan sebagainya telah tergantikan oleh prestise menjadi YouTuber. Menjadi terkenal dan keren, begitulah gambaran cita-cita generasi milenial saat ini. Dengan mimpi memiliki banyak subscriber di Youtube maupun follower di Instagram, banyak anak muda yang melakukan segala cara yang ia bisa. Fenomena ini bak mata pedang yang memiliki dua sisi, sebuah sisi positif dan negatif. 

Sisi positifnya, lahirlah pembuat konten yang muda, energik, serta kreatif dalam menjalakan industri intelektual yang modern. Tentu dengan lahirnya konten kreator tersebut banyak yang termotivasi untuk meniru jejaknya. Terkadang bahkan konten kreator terebut membuat video tutorial yang membagikan pengalaman beserta pengelolaan kemampuan sebagai sarana berbagi keberhasilan. Akhirnya, lahirlah konten-konten kreator baru yang kembali menggerakkan roda industri milenial.

Jangan tanya sisi negatifnya. Berapa banyak anak muda yang mengejar kesuksesan instan untuk menjadi viral. Tak jarang, cara-cara tersebut dijalankan dengan cara yang negatif, bahkan sampai melabrak norma-norma yang ada di masyarakat. Konten yang nyeleneh memang mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Terlebih sukses bikin geleng-geleng terus ngelus dada.

Perlu diketahui juga, dunia informasi bergerak dengan cepat, segala bentuk viral instan akan cepat tergerus oleh viral-viral yang lain.  Justru konten yang berkualitas yang akan mengangkat pembuat konten menapaki karirnya. Ingat sebuah pepatah sederhana, "Gajah meninggalkan gading, harimau meninggalkan belang, YouTuber meninggalkan konten".

Muda,YouTube dan Gim

Dengan maraknya perkembangan gim daring di indonesia (bahasa kerennya sih E-sports) muncul banyak pembuat konten gim baru. Terlebih dengan populernya sebuah gim berbasis MOBA di ponsel telah merubah corak konten video di Indonesia menjadi saluran gim. Pada akhirnya banyak konten kreator mengubah haluan demi mengikuti perkembangan minat penonton. Youtube sendiri telah menjadi referensi utama dalam melihat popularitas seorang pemain gim. Terlepas apakah ia tergabung dalam tim profesional atau hanya orang biasa, konten gim selalu menjadi tontonan yang laris di Youtube.

Minat gim terbesar adalah dari kalangan remaja. Terbukti , saat ini gim mobile terbesar dan terpopuler berbasis MOBA telah memiliki 50 pengguna aktif, hanya dari Indonesia. Apakah ini merupakan sebuah prestasi atau bukan, tergantung bagaimana cara kita menyikapinya. Walaupun pada akhirnya kita mengetahui konten-konten yang dihasilkan konten kreator berubah sesuai tuntutan viewer. Konten kreator yang non pemain gim mulai dikalahkan oleh konten kreator gim dari segi jumlah views dan mempengaruhi pendapatan dari iklan.

Pada saat artikel ini ditulis pun, konten-konten gim masih setia ditonton di youtube. Banyak youtuber-youtuber baru yang terkenal, bahkan diidolakan oleh para anak muda jaman sekarang. Profesi gamer dan YouTuber mungkin akan tetap eksis seiring bonus demografi yang melanda Indonesia sampai 2045. Jangan cemas profesi-profesi penting yang semakin sepi peminat karena kita akan melihat wajah-wajah YouTuber baru di Indonesia.  Bahkan, mungkin nanti Indonesia bisa memecahkan rekor YouTuber terbanyak di dunia, bahkan se-galaksi raya.

Yah,semoga saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun