Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Pujian Clinton untuk Muhammad Ali

12 Juni 2016   15:38 Diperbarui: 12 Juni 2016   15:53 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: abcnews.com | edited

Menarik apa yang disampaikan Bill Clinton, mantan Presiden AS pada tahun 90an, disaat memberikan eulogy (pidato pujian kepada seseorang yang telah meninggal dunia), bahwa Ali sejak muda sudah menuliskan sejarah dan garis hidupnya sendiri dan bertanggung-jawab pada konsekuensi yang harus dihadapinya.

I think he decided very young, to write his own life story. I think he decided, before he could possibly have worked it all out, and before fate and time could work their will on him, he decided he would not be ever be disempowered. He decided that not his race nor his place, the expectations of others, positive negative or otherwise would strip from him the power to write his own story. He decided first to use these stunning gifts: his strength and speed in the ring, his wit and way with words in managing the public, and his mind and heart, to figure out at a fairly young age, who he was, what he believed and how to live with the consequences of acting on what he believed.

Yang digambarkan Clinton diatas seolah menyuratkan dan menyiratkan kesiapan Muhammad Ali untuk hidup sukses di dunia walaupun saat itu dia harus menghadapi "kejamnya" dunia karena ibarat menghadapi batu cadas, Ali punya prinsip the show must go on, no matter the consequence is.  Kekuatan Ali adalah pada prinsipnya untuk selalu "menang" dan sebisa mungkin mengatur/mengontrol hidupnya dan juga mengubah orang lain pada jalan yang dia yakini benar. 

Ali pandai menggunakan kekuatannya yang merupakan anugerah Ilahi yaitu kekuatan dan kecepatannya di atas ring selain juga kepandaiannya mengolah kata untuk melakukan psywar yang sebenarnya untuk menolong dirinya karena kalah pede dengan tampilan calon lawannya. Serta hebatnya, dia tidak pernah lepas antara kata-kata dan tindakannya saat bertanding.  Men's gonna do what's gonna do!

A lot of people make it to steps one and two, and still just can’t quite manage living with the consequences of what he believed. For the longest time, in spite of all the wonderful things that have been said here, I remember thinking when I was a kid, “this guy is so smart,” and he never got credit for being as smart as he was. I don’t think he ever got the credit for being, until later, as wise as he was. In the end, besides being a lot of fun to be around and basically a universal soldier for our common humanity, I will always think of Muhammad as a truly free man of faith. And, being a man of faith, he realized he would never be in full control of his life. Something like Parkinson’s could come along. But being free, he realized that life still was open to choices. It is the choices that Muhammad Ali made that have brought us all here today in honor and love.

Clinton menambahkan dari riwayat hidup Ali terlihat betapa visionernya Ali yang merencanakan langkah hidupnya lebih dari 2 langkah kedepan, karena dia sudah mempertimbangkan konsekuensinya. Lihat betapa dia tenangnya kehilangan gelar Juara Dunia saat dia sedang jaya-jayanya akibat menolak menjadi wajib militer untuk dikirim ke Vietnam untuk berperang.  Bagi Ali langkah itu mungkin dianggap langkah tolol bagi banyak orang, dan waktu membuktikan, time will tell, bahwa Ali ternyata benar...dan orang bodoh ini baru disadari dan diakui ternyata pintar/jenius. 

Bagaimana mungkin Ali harus berjuang sendiri dari kampus ke kampus dari komunitas ke komunitas menyuarakan ketidak-setujuannya atas perang Vietnam dengan keyakinan yang saat itu melawan arus (against the main stream)Ali memang tiada duanya mampu mengkonversi dirinya dari “Cuma” Juara Dunia Kelas Berat, menjadi pejuang kemanusiaan yang diakui dunia dan legacynya hingga kini dan masa datang akan terus dilestarikan. 

Dan luar biasanya saat diusia hampir 40 tahun dia terkena penyakit Parkinson, dia tidak mengeluh dan ingin terus mengontrol hidupnya dan mengubah orang lain dengan berjuang melawan penyakitnya yang sangat ganas itu. Ali seperti paham inilah konsekuensi hidup yang harus dijalaninya, salah satunya melawan penyakitnya. Bayangkan Ali dengan keterbatasannya mampu menjadi atlet yang menyulut api Olimpiade Atlanta, 1992, saat Bill Clinton berkuasa.

Itulah Sekelumit apa yang diutarakan Bill Clinton seperti mewakili para top figures lain yang hadir dalam acara itu seperti PM Turki, Erdogan, Bintang Hollywood, Will Smith dan Billy Crystal, mantan juara dunia tinju baik Mike Tyson, Lennox Lewis dan juga tokoh-tokoh internasional dan kerabat lainnya, seperti  menggambarkan betapa hebatnya Ali baik di dalam dan di luar ring pertandingan. RIP Muhammad Ali....Ring tinju akan sangat berbeda tanpa Ali....The real Champ is only one.........that’s You : Muhammad Ali!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun