Walhasil, selama proses dekorasi kelas, jangan tanya berapa banyak seragam sekolah yang jadi 'korban' kecipratan cat minyak. Jangan tanya seberapa banyak anak yang kemudian 'meriyang' akibat kelelahan. Jangan tanya pula seberapa banyak anak rela menyisihkan uang jajan untuk melengkapi kebutuhan property. Pun jangan tanya seberapa banyak anak rela begadang untuk membuat hiasan.
Tetapi itulah seni bekerjasama. Anak sudah mulai diajarkan bagaimana bekerjasama dalam satu kelompok, malah dalam satu tim besar. Goodjob-lah. Inilah langkah sederhana menuju Merdeka Belajar ala Mas Menteri Nadiem.
Lomba Menghias Tumpeng
Lomba ini memang tak serepot lomba mendekorasi kelas. Tetapi prosesnya juga tak kalah seru. Group WAG siswa yang mendapat tugas menghias tumpeng hampir setiap hari melakukan koordinasi. Bermula dari search google untuk mendapatkan referensi bentuk tumpeng dan aneka hiasannya.
Tak hanya itu, tim juga harus memikirkan bagaimana membuat tumpeng untuk kebutuhan makan seluruh siswa kelas 8D yang berjumlah 35 orang. Terus terang tidak gampang, terlebih di tengah meningkatnya kasus Covid-19. Urusan 'keamanan' dan 'kenyamanan' anak harus dipikirkan juga. Jangan sampai makan reriungan satu tumpeng, menghasilkan klaster penularan Covid-19. Itu sebab diputuskan bentuk tumpeng kecil, dan untuk konsumsi ramai-ramai dibikin dalam bentuk nasi besek. Kenapa besek, selain unik, juga ramah lingkungan, sekaligus memberdayakan perajin lokal. Yes, good idea.
Dalam beberapa koordinasi tim tumpeng, mengerucut pada dua bentuk tumpeng. Pertama, tumpeng dengan konsep bambu runcing. Konsep ini ingin kembali menghadirkan semangat juang dari pahlawan ketika mereka merebut kemerdekaan RI hanya bermodalkan tekad, doa dan bambu runcing. Untuk membuat miniatur bambu runcing, tim tumpeng memanfaatkan lontong lengkap dengan bungkus daun pisang.
Konsep kedua adalah tumpeng perayaan kemerdekaan. Konsep ini menghadirkan tumpeng dalam bentuk sewajarnya tumpeng yakni mengerucut dengan hiasan balon merah putih di puncaknya. Miniatur balon dibuat dari telur puyuh yang diwarnai merah putih.
Dari dua konsep tersebut tim sepakat menggunakan konsep pertama, dengan pertimbangan lebih mudah dan heroik.
Orang tua yang masuk tim tumpeng, tinggal mensupport ide anak-anak. Bangun jam 03:00 dinihari untuk menyiapkan tumpeng, merapat di rumah salah seorang tim tumpeng pada pukul 05:00 usai shalat subuh. Belum mandi, tapi sudah gosok gigi ya...
Senang rasanya melihat semangat anak-anak tim tumpeng ini. Mereka sejatinya sudah belajar menjadi generasi yang kreatif, seperti yang diinginkan oleh Mas Menteri Nadiem melalui kebijakan Kurikulum Merdeka. Alhamdulillah, meraih peringkat 2.