Mohon tunggu...
Inung Kurnia
Inung Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Ibu dari Key dan Rindang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merekam Jejak Sang Juara Lomba 17-an Siswa Kelas 8D SMPN 43 Jakarta

17 Agustus 2022   15:28 Diperbarui: 17 Agustus 2022   18:09 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan hadiah lomba 17-an SMPN 43 Jakarta (dokkelas8D)

Ada rasa bahagia yang memuncak pagi ini yang menyelimuti seluruh siswa kelas 8D SMP Negeri 43 Jakarta. Bagaimana tidak, usai upacara HUT ke-77 Kemerdekaan RI, serangkaian lomba dalam rangka memeriahkan HUT ke-77 Kemerdekaan RI diumumkan. Dan hasilnya, mereka meraih juara pertama lomba dekorasi kelas, juara dua lomba menghias tumpeng dan juara pertama lomba tarik tambang.

Jangan dibilang ini hanya juara tingkatan kelas. Karena sebagai orang tua yang sudah mensupport anak-anak selama lebih dari sepekan menjelang hingga lomba digelar, rasa bahagianya tak jauh beda dengan menjadi juara lomba di tingkat nasional. Seriusan ini..

Dekorasi kelas 8D (dokkelas8D)
Dekorasi kelas 8D (dokkelas8D)

Sebenarnya menjadi juara dalam even lomba 17-an di sekolah terkesan sebuah kejuaraan yang 'ringan' dan tak seberapa 'keren'. Tetapi event tersebut sesungguhnya memberikan pembelajaran yang berarti bagi anak-anak akan pentingnya kerjasama, koordinasi dan kerja keras. Ya, untuk mengikuti lomba terutama dekorasi kelas dan menghias tumpeng, anak-anak perlu dukungan dana, property, juga ide-ide yang brilian. Mereka juga harus berjuang untuk menyatukan suara, lebih tepatnya mensinergikan ide-ide dari banyak isi kepala.

Maka ketika juara itu berhasil diraih, tak sedikit anak yang menitikkan air mata. Segala lelah dan jerih payah terbayar sudah. Tuntas...

Lomba Dekorasi Kelas

Proses untuk lomba ini tergolong paling lama dan paling sulit. Karena ketua kelas harus mengkoordinir seluruh anggota. Semua wajib terlibat. Pembagian tugas pun dilakukan. Ada kelompok siswa yang bertugas menghias jendela, ada yang bertugas menghias pintu, ada yang bertugas menghias langit-langit kelas, ada yang fokus menghadirkan pojok baca, dan lainnya.

Untuk jenis lomba ini dibutuhkan dukungan property lumayan banyak. Mulai dari kertas warna-warni, balon, bendera dan lainnya. Pojok baca saja, dibutuhkan rak buku, meja, karpet, dan buku-buku bacaan terutama novel dan majalah.

Tim tarik tambang putri berfoto bersama walas 8D (dokkelas8D)
Tim tarik tambang putri berfoto bersama walas 8D (dokkelas8D)

Kebersihan kelas? Pastilah nomer satu harus dijaga dan diperhatikan benar. Karena itu mereka berkoordinasi agar semua siswa terlibat aktif menjaga kebersihan kelas, lebih dari hari biasanya.

Walhasil, selama proses dekorasi kelas, jangan tanya berapa banyak seragam sekolah yang jadi 'korban' kecipratan cat minyak. Jangan tanya seberapa banyak anak yang kemudian 'meriyang' akibat kelelahan. Jangan tanya pula seberapa banyak anak rela menyisihkan uang jajan untuk melengkapi kebutuhan property. Pun jangan tanya seberapa banyak anak rela begadang untuk membuat hiasan.

Tetapi itulah seni bekerjasama. Anak sudah mulai diajarkan bagaimana bekerjasama dalam satu kelompok, malah dalam satu tim besar. Goodjob-lah. Inilah langkah sederhana menuju Merdeka Belajar ala Mas Menteri Nadiem.

Lomba Menghias Tumpeng

Lomba ini memang tak serepot lomba mendekorasi kelas. Tetapi prosesnya juga tak kalah seru. Group WAG siswa yang mendapat tugas menghias tumpeng hampir setiap hari melakukan koordinasi. Bermula dari search google untuk mendapatkan referensi bentuk tumpeng dan aneka hiasannya.

Menghabiskan tumpeng (dokkelas8D)
Menghabiskan tumpeng (dokkelas8D)

Tak hanya itu, tim juga harus memikirkan bagaimana membuat tumpeng untuk kebutuhan makan seluruh siswa kelas 8D yang berjumlah 35 orang. Terus terang tidak gampang, terlebih di tengah meningkatnya kasus Covid-19. Urusan 'keamanan' dan 'kenyamanan' anak harus dipikirkan juga. Jangan sampai makan reriungan satu tumpeng, menghasilkan klaster penularan Covid-19. Itu sebab diputuskan bentuk tumpeng kecil, dan untuk konsumsi ramai-ramai dibikin dalam bentuk nasi besek. Kenapa besek, selain unik, juga ramah lingkungan, sekaligus memberdayakan perajin lokal. Yes, good idea.

Dalam beberapa koordinasi tim tumpeng, mengerucut pada dua bentuk tumpeng. Pertama, tumpeng dengan konsep bambu runcing. Konsep ini ingin kembali menghadirkan semangat juang dari pahlawan ketika mereka merebut kemerdekaan RI hanya bermodalkan tekad, doa dan bambu runcing. Untuk membuat miniatur bambu runcing, tim tumpeng memanfaatkan lontong lengkap dengan bungkus daun pisang.

Konsep kedua adalah tumpeng perayaan kemerdekaan. Konsep ini menghadirkan tumpeng dalam bentuk sewajarnya tumpeng yakni mengerucut dengan hiasan balon merah putih di puncaknya. Miniatur balon dibuat dari telur puyuh yang diwarnai merah putih.

Dari dua konsep tersebut tim sepakat menggunakan konsep pertama, dengan pertimbangan lebih mudah dan heroik.

Orang tua yang masuk tim tumpeng, tinggal mensupport ide anak-anak. Bangun jam 03:00 dinihari untuk menyiapkan tumpeng, merapat di rumah salah seorang tim tumpeng pada pukul 05:00 usai shalat subuh. Belum mandi, tapi sudah gosok gigi ya...

Senang rasanya melihat semangat anak-anak tim tumpeng ini. Mereka sejatinya sudah belajar menjadi generasi yang kreatif, seperti yang diinginkan oleh Mas Menteri Nadiem melalui kebijakan Kurikulum Merdeka. Alhamdulillah, meraih peringkat 2.

Tarik Tambang

Nah selain jenis lomba dekorasi ruang kelas dan menghias tumpeng, sekolah juga menggelar lomba balap karung dan tarik tambang. Lomba jenis ini membutuhkan kekuatan fisik dari pesertanya.

Makan bersama usai lomba (dokkelas8D)
Makan bersama usai lomba (dokkelas8D)

Lomba kelompok ini jauh lebih seru. Teriakan suporternya tak kalah seru dengan supporter bola. Kencang membahana. Kadang sambil jejingkrakan saking menikmati.

Alhamdulillah, segala kerja keras itu membuahkan hasil gemilang, kelas 8D mampu meraih juara 1 lomba tarik tambang untuk tim putrinya. Lomba balap karung terpaksa mengalah dengan tim dari kelas lain. Hahaha..

Usai tampil menjadi pemenang lomba tarik tambang, senang dan bahagia tentu. Meski malam harinya, group Whatsapp siswa dipenuhi dengan keluhan badan pegel, pinggang sakit, telapak tangan lecet dan lainnya. Lelah? Pasti semuanya merasakan lelah. Di situlah serunya...

Paginya, tepat pada upacara peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI, beberapa siswa terpaksa absen, izin tidak ikut upacara karena sakit. Mereka mengikuti khabar kemenangan dari group WAG kelas. Khabar bahagia, meski nilai nominal hadiah yang diperoleh tak seberapa. Tidak cukup untuk beli tiket masuk Taman Margasatwa Ragunan untuk satu kelas, apalagi untuk jalan-jalan ke Dufan Ancol. Padahal tempat wisata itulah yang amat dimimpikan anak-anak. It's my dream, not her..!!!.Eh lebih tepatnya sih  It's their dream, nothing else...Dufan Ancol...

Well, semoga kalian lekas sehat kembali dan bertambah semangat belajarnya. Kompak terus, rekam kebersamaan dengan teman, untuk memperkaya ketrampilan koordinasi, kerjasama dan tentu bersosialisasi....Salam Merdeka!!!

Mampang Prapatan, 17 Agustus 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun