Mohon tunggu...
Intan Oktaviarni
Intan Oktaviarni Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS

MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Back To You

28 Februari 2021   19:32 Diperbarui: 28 Februari 2021   19:51 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku ga---"

"Terus ini apa?!" bentak Azka sambil membanting ponselnya ke meja didepan mereka. Nara melihat ada seseorang yang mengirimkan Azka fotonya dengan David, mulai dari saat mereka keluar dari mobil, masuk kedalam butik, toko buku, dan restoran. Nomor tak dikenal. "Aku bisa jelasin." Nara menatap lembut ke arah Azka yang tengah menatapnya tajam. Tak ada lagi kelembutan disana. Azka-nya sudah hilang. "Aku pulang." Hanya dua kata itu yang diucapkan Azka malam itu lalu pergi setelah mengambil ponselnya diatas meja, tanpa menoleh ke arah Nara sedikit pun. Bahkan Azka belum mendengarkan penjelasannya. Hinga dua bulan sejak kejadian itu Azka tidak ada menghubunginya, dan saat Nara mengubunginya selalu tidak aktif. Begitu bencikah Azka padanya? Hanya untuk mengangkat telponnya pun Azka tak sudi? Bahkan Nara tidak tahu apa status mereka saat ini, masih sepasang kekasih atau sudah menjadi orang asing?

"Na." Nara tersentak saat merasakan usapan pelan dipundaknya. Nara menoleh melihat Sera yang tengah menatapnya prihatin, bahkan selama dua bulan ini Nara tidak bisa fokus dalam melakukan segala hal. Semua itu karena Azka selalu ada dipikirannya.

"Kenapa, Ra?" Sera duduk disamping Nara, lalu memeluknya. "Kalau lo mau nangis, nangis aja." Kata Sera sambil mengelus punggul Nara. Nara menggeleng, "Gue udah capek. Kalau ini yang dia mau, gue bisa apa? Lagian ini salah gue juga, gue pergi gak bilang-bilang sama dia." Jawab Nara tenang, tapi Sera tahu bahwa jauh dalam lubuk hati Nara, gadis itu hancur sehancur-hancurnya. Padahal waktu itu Nara menemani David mencari kado untuk dirinya. Ya, orang yang disukai David adalah Sera, gadis yang sangat menyukai semua hal tentang sastra. Keesokan harinya David langsung menyatakan perasaannya kepada Sera yang sudah pasti diterima oleh gadis itu. Tapi Sera juga bingung, karena disaat dirinya sedang berbahagia sementara disisi lain sahabatnya sedang dilanda masalah.

"Maafin gue ya, Na." Nara tersenyum tulus sambil melepas pelukan mereka. "Ini bukan salah lo kok. Mungkin dia emang bukan jodoh gue." Sera menggenggam tangan Nara, "Semoga lo dapet cowok yang lebih baik dari Azka." Nara mengangguk setuju, "Kayak David misalnya?" goda Nara yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Sera. "Bercanda." Lalu mereka tertawa bersama.

Pagi ini hujan, biasanya saat hujan Azka akan datang lalu membawakannya bakso atau martabak red valvet kesukaanya. Tapi kini tidak lagi, semua sudah berubah. Dulu Nara pikir jika mereka putus mereka akan tetap menjadi sahabat karena awal mula hubungan mereka adalah sahabat. Ternyata tidak, semuanya hancur. Asmaranya, persahabatannya, semuanya hancur tak bersisa. Kini tak ada lagi yang bisa Nara lakukan selain berdiam diri didalam kamar sambil memandangi derasnya hujan. Dia merindukan Azka-nya.

Sorenya, setelah hujan reda Nara memutuskan untuk pergi ke taman tempat biasa ia bertemu dengan Azka. Ah, Nara masih belum bisa melupakan sosok itu. Sedang apa dia sekarang? Apakah Azka sudah mendapat penggantinya? Nara duduk disalah satu bangku taman, tak sengaja matanya menangkap sesosok yang sangat ia kenal. Sosok yang selama dua bulan ini menghantui pikirannya. Azka. Laki-laki itu ada didepannya. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, langsung saja Nara menghampiri sosok tersebut.

"Azka." Orang yang dipanggilnya Azka itu menoleh dan melihat Nara dengan tatapan bingung, sementara Nara tersenyum lega. Azka-nya ada disini. Azka tidak meninggalkannya. Secara tiba-tiba Nara memeluk Azka. Azka yang terkejut pun berusaha melepaskan pelukan Nara. "Kamu siapa?" tanyanya yang membuat tubuh Nara menegang. Sebenci itukah Azka padanya sehingga pura-pura tidak mengenalnya? Nara kembali tersenyum, kali ini hanya senyuman tipis. "Ini aku, Nara. Pacar kamu." Azka tampak kebingungan, lalu mundur beberapa langkah. "Sorry, kayaknya kamu salah orang."

Lalu Azka pergi begitu saja. Meninggalkan Nara yang masih mematung ditempat. Nara memasuki rumahnya dengan langkah gontai. "Kamu kenapa?" tanya bunda saat melihat anaknya yang seperti kehilangan gairah untuk hidup. Nara hanya menggeleng sebagai jawaban lalu naik ke lantai dua dimana kamarnya berada. Setelah kejadian itu, Nara selalu datang ke taman dengan harapan akan bertemu Azka, tapi nyatanya nihil, Azka tidak datang.

Karena merasa bosan hanya dirumah saja saat hari Minggu, Nara meminta izin kepada bundanya untuk pergi ke mall. Saat sedang berkeliling, Nara melihat sosok wanita yang selama ini dia kenal sebagai mamanya Azka. Nara menghampiri wanita tersebut dan menyapanya. Sangat terlihat jelas bahwa wanita itu terkejut saat melihat Nara. "Kamu sama siapa?" tanya wanita itu membuka obrolan. Mereka kini ada disalah satu restoran ayam yang ada di mall tersebut. "Sendiri. Tante?" tanya Nara balik. "Sendiri juga." Nara mengangguk sebagai jawaban, lalu hening. Ini sangat jarang terjadi, biasanya saat mereka bertemu pasti banyak yang akan mereka bahas, tapi kini? Mereka bagai orang asing.

"Tante, aku boleh ngomong sesuatu?" tanya Nara memecah keheningan. Amanda mengangguk sebagai jawaban. "Dua minggu yang lalu aku ketemu Azka di taman." Melihat Amanda hanya diam, Nara melanjutkan ceritanya. "Tapi aku ngerasa.... dia bukan Azka. Dia bahkan gak kenal sama aku. Aku gak tau kenapa dia kayak gitu sama aku, iya memang aku salah waktu itu karena gak izin sama dia buat pergi sama David. Tapi aku berani sumpah tan, aku sama David cuma teman bahkan sekarang dia udah jadian sama sahabat aku. Kemarin bahkan aku belum jelasin apa-apa dia udah pergi gitu aja. Aku udah coba hubungi dia tapi selalu gak aktif, dan puncaknya saat kemarin aku ketemu dia," ada jeda sebentar. "dia pura-pura gak kenal aku. Apa sesalah itu aku di mata Azka, tan?" tanpa sadar Nara meneteskan air mata. Amanda menghela napas panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun