Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

3 Jurnal Evaluasi 2022 dan Resolusi 2023

21 November 2022   10:14 Diperbarui: 21 November 2022   22:42 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental adalah kondisi sehat individu yang dinilai dari kesejahteraan yang nampak dari dalam diri. Penyadaran pada potensi diri sendiri, mempunyai kemampuan dalam mengatasi tekanan hidup pada berbagai situasi dalam kehidupan. Mampu bekerja secara produktif dan mampu memberi kontribusi kepada komunitas.

Dari sana penulis selalu mengecek apakah dirinya sudah sehat secara mental atau belum pada setiap harinya.

Contohnya ketika sedang bekerja di kantor, apakah semua pekerjaan dapat diselesaikan secara profesional dan tuntas dalam waktu yang sudah diset dan tidak ada keluh kesah serta hal negatif lainnya sebagai gangguan mental.

Lalu penulis juga sering berusaha untuk meyeimbangkan emosi. Apakah penulis bisa bersabar dan tetap fokus pada pekerjaan.

Misalkan ketika sedang mengendarai mobil. Tetiba ada mobil yang memotong tanpa memberi tanda terlebih dahulu. Otomatis penulis kaget dan jantung rasanya copot sejenak (apakah jantung bisa copot begitu saja hehe). Lantas penulis harus kembali fokus di jalan tanpa menghujat dan membenci orang itu.

Bagaimana dengan kesehatan fisik? Layaknya orang yang ingin fisiknya sehat, maka orang tersebut akan rutin berolahraga. Ya, penulis juga demikian. Setiap pagi dan sore selalu jalan kaki di taman favorit dan di pekarangan rumah.

Tidak lupa juga selalu makan makanan yang berserat, minum air yang cukup, tidur yang cukup dan berkualitas, serta menjaga gizi yang seimbang. Dari semua ini yang tersulit adalah waktu tidur yang cukup.

Kalau untuk kemajuan spritual bagaimana cara mengelolanya? Untuk ini, penulis banyak melakukan introspeksi diri. Apakah sudah belajar banyak untuk melepas, latihan moralitas, dan bermeditasi.

Penulis sempat mengikuti retret meditasi di vihara gunung pada bulan Juni 2022. Alhasil dari sana bisa membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan spritual penulis.

Lanjut pada jurnal kedua 

Penulis belajar untuk selalu merasa puas dengan apa yang dimiliki dan selalu bersyukur dalam setiap momen dan kondisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun