Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nabila, Gadis Belia Bersahaja Harapan Keluarga

13 September 2021   08:14 Diperbarui: 13 September 2021   08:12 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nabila saat belajar di rumah (dokpri)

Namanya Nabila Oktaviani biasa disapa Bila. Lahir di Sorong, sembilan tahun silam. Ia anak pertama dari dua bersaudara, adiknya bernama Rizky yang masih berusia delapan bulan.

Nabila merupakan siswa kelas 3 di SD Muhammadiyah Malawili Distrik Aimas Kabupaten Sorong, Papua Barat. Gadis kecil nan bersahaja ini memiliki kegemaran memasak. Sehingga dari kegemarannya itulah, ia kerap membantu ibunya di dapur. Perlahan, kegemaran tersebut menjadi kebiasaan selama mengisi waktu di masa pandemi.

Hasil dari kebiasaannya itu, kini ia dapat menumis kangkung, membuat sayur bening, menggoreng tahu dan tempe bahkan membuat telur dadar kesukaannya. Ia pun tak memilih-milih makanan sehingga tak heran jika Nabila tumbuh sehat dan cerdas.

Semenjak duduk di bangku Taman Kanak-kanak, Nabila sudah pandai mengaji. Di bawah bimbingan guru mengajinya, putri dari pasangan Ibu Mualifah dan Bapak Slamet Riyanto ini acap kali mengikuti dan memenangkan berbagai lomba mengaji seperti lomba Qira'at.

Di lingkungan tempat tinggal Nabila, ibunda Nabila dikenal masyarakat sebagai seorang wanita yang memiliki banyak keterbatasan. Namun prestasi Nabila telah menyingkapkan bahwa di balik keterbatasan manusia ada Sang Pencipta Yang Maha Tak Terbatas.

Nabila saat belajar di rumah (dokpri)
Nabila saat belajar di rumah (dokpri)

Saat ditanya perihal cita-cita, ternyata Nabila bercita-cita menjadi seorang dokter. Mungkin terdengar agak berlebihan bagi orang yang mengenal latar belakang keluarga Nabila. Ayahnya hanyalah seorang petani sayur, yang berpenghasilan tak menentu.

Bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ibunda Nabila pun membantu dengan berjualan pisang goreng. Hasilnya mungkin tak seberapa asal dapat membeli bahan makanan seadanya.

Selama masa pandemi, sekolah Nabila pun melakukan sistem Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Keterbatasan fasilitas belajar mengharuskan Nabila untuk belajar secara mandiri dengan bahan ajar seadanya. Mengingat kondisi ekonomi keluarga yang masih sangat terbatas.

Namun demikian pada ujian kenaikan kelas akhir semester lalu, Nabila memperoleh nilai yang memuaskan dan berhasil meraih peringkat kedua di kelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun