Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peribahasa "Tunggak Jarak Mrajak, Tunggak Jati Mati" yang Dipopulerkan Koes Plus

18 Juni 2021   10:14 Diperbarui: 19 Juni 2021   11:39 2240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkap layar YouTube Koes Plus

Koes Plus salah satu grup yang kerap melantunkan lagu pop daerah bermuatan pitutur peribahasa. Musisi besar pada zamannya dan tetap melegenda. Begitu banyak lagunya yang memuat peribahasa. Semisal lagu Tunggak Jati. Sebagian liriknya:

Tunggak jarak mrajak......, tunggak jati mati........


Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati 

Mari kita simak peribahasa "Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati" . Pertama kita lihat kata demi kata penyusunnya.

Tunggak adalah sisa batang kayu dan akar yang masih tertinggal di dalam tanah sesudah ditebang. Sebutan lain adalah tunggul juga tonggak. Bagian ini masih memiliki akar yang terhubung ke dalam tanah. Masih menyimpan penerus kehidupan.

Jarak adalah tanaman penghasil minyak. Secara ekonomi biasa saja. Memiliki sifat bertahan yang luar biasa. Saat pokok ditebang dari tunggaknya akan tumbuh tunas yang mrajak atau beranak pinak, merimbun.

Jati adalah tanaman penghasil kayu yang keras dan berharga. Memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kemampuan bertahan luar biasa. Namun begitu pokok utama ditebang, tunas yang tumbuh dari tunggak sulit bertahan dan terasa sepi.

Jarak menjadi simbol orang biasa atau kebanyakan. Jati simbol dari orang besar dengan aneka atributnya. Perumpamaan yang dibangun dari alam. Pengamatan yang melahirkan sari pembelajaran.

Peribahasa “Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati” dimaknai keturunan orang kecil bisa jadi orang besar, sedangkan keturunan orang besar bisa tidak menjadi apa-apa.

Tanda alam menjadi muatan pesan dalam contoh peribahasa. Menyampaikan aneka pitutur.

  • Aja dumeh, jangan mentang-mentang. Pengingat kehidupan tidaklah statis. Mengandalkan keturunan orang besar ternyata tidak selalu lestari. Terlanjur menyepelekan memandang sebelah mata kepada orang kecil ternyata melahirkan orang besar. Mengajarkan saling menghargai.
  • Usaha keras mempengaruhi hasil. Mengajarkan kepada setiap kita untuk berusaha maksimal menggayuh cita-cita kehidupan yang lebih baik. Tuah garis keturunan berinteraksi dengan usaha keras. Bagaikan tunggak jarak mrajak, keturunan orang biasa menggapai kebesaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun