Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kenangan Kisah-kisah Unik Gajah Kerdil Kalimantan di Nunukan

18 Maret 2021   10:14 Diperbarui: 18 Maret 2021   10:13 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawanan gajah kerdil kalimantan - nationalgeographic.grid.id

Sunda dan Sahul Plateau- Maximilian Dörrbecker (Chumwa) via Wikimedia Commons
Sunda dan Sahul Plateau- Maximilian Dörrbecker (Chumwa) via Wikimedia Commons
Ini berarti, ada kemungkinan kawanan gajah dari dataran Sunda berpindah ke Kalimantan sebelum Kalimantan terpisah akibat kenaikan permukaan laut.

Kisah pertama, gajah pengingat dan pelacak yang baik

Salah satu kisah yang saya dengar dari warga adalah bahwa gajah kerdil Kalimantan adalah pengingat dan pelacak yang baik. Artinya, gajah ini punya ingatan kuat. 

Seorang petugas konservasi menembakkan suntikan bius. Tentu menyakitkan juga bagi si gajah. Sayangnya suntikan bius itu gagal membuat pingsan si gajah. 

Malam harinya, si gajah yang belum pingsan ini mendatangi rumah tempat tinggal petugas konservasi yang tadi siang mencoba melumpuhkannya dengan bius. Rupanya gajah bisa melacak keberadaan si petugas penembak bius.

Si gajah memang tidak merusak rumah, namun dia sempat mencabut beberapa batang pohon di kebun. Wah, meskipun "lembut", si gajah bisa marah juga ya. Hehehe. 

Kisah kedua, jangan melindas kotoran "si nenek"

Saat saya dibonceng teman saya, saya mengamati bahwa teman saya ini berusaha menghindari kotoran gajah agar tidak terlindas ban motor.  "Jangan melindas kotoran si nenek," kata teman saya.

Si nenek yang dimaksud adalah gajah Kalimantan. Warga sekitar tidak berani menyebut kata "gajah". Ini adalah kearifan lokal untuk menghormati gajah sebagai "nenek moyang" yang perlu dihormati. Bahkan kotoran si nenek pun tidak boleh dilindas ban motor. 

Saya mencoba menghubungkan kisah kedua ini dengan kisah pertama. Selain demi kebersihan ban motor kita, mungkin juga maksudnya agar si gajah tidak bisa mengendus kotoran yang mengarah ke tempat tinggal si pengendara motor :) Wah, gawat juga kalau malam-malam didatangi si nenek padahal kita hanya melindas kotorannya saja. Wkkk...

Kisah ketiga, wajib pulang jika berjumpa kawanan gajah melintas di sungai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun