Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berdamai dengan Kutukan Sisifus

16 Februari 2021   14:09 Diperbarui: 16 Februari 2021   14:25 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukuman Sisifus- Titian, Prado Museum, Madrid, Spain (public domain)

Kita telah terjebak dalam kutukan bernama ambisi juga obsesi
untuk mendorong batu yang sama ke puncak bukit

Kita akan mendorongnya kembali jika menggelinding
Jika sampai di puncak bukit, lantas mau apa atau kemana lagi? 

Adalah hal yang mustahil untuk berhenti
selama kehidupan belum pergi
Namun tak muskil untuk tidak menjadikannya sebagai tragedi

Ia adalah alegori
tentang keseharian yang kita akrabi
pengingat untuk tidak berdiam diri

Berdamailah melalui kebebasan
yang mengulurkan pilihan-pilihan
agar kita tidak keburu mati didera bosan

16/02/2021

Luna Septalisa untuk Inspirasiana

Catatan : 

  1. kutukan Sisifus berasal dari mitologi Yunani yang bercerita tentang seorang raja Sisifus dari Kerajaan Efira yang licik dan tamak. Karena kekejamannya, ia dihukum dan dikutuk oleh Dewa Zeus di neraka untuk terus-menerus mendorong bongkahan batu besar ke puncak bukit. Namun setiap akan mencapai puncak, batu tersebut menggelinding kembali ke kaki bukit. Penulis dan filsuf Prancis, Albert Camus, mengumpamakan keadaan yang dialami Sisifus dengan absurditas kehidupan manusia.

  2. muskil (dalam KBBI daring) : sukar ; sulit ; pelik

  3. alegori (dalam KBBI daring) : cerita yang dipakai sebagai lambang (ibarat atau kias) perikehidupan manusia yang sebenarnya untuk mendidik (terutama moral) atau menerangkan sesuatu (gagasan, cita-cita atau nilai kehidupan, seperti kebijakan, kesetiaan dan kejujuran

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun