Mohon tunggu...
NurMila Rahmawati
NurMila Rahmawati Mohon Tunggu... -

Berusaha mencipta mimpi, mendaki lewat awan dan samudera, hingga bertemu langit...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Solo, Becak, dan Hujan

11 Maret 2011   15:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:52 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1299858686859721335

Saya adalah orang yang begitu menggemari becak, bagi saya naik becak selalu membawa sebuah sensasi yang berbeda. Kendaraan yang murni menggunakan tenaga manusia ini –kecuali becak motor- terasa lebih tradisional dan sangat Indonesia. Entahlah, mungkin masih banyak alasan lain yang dapat menjelaskan mengapa becak begitu melekat di hati saya. Seperti cerita berikut ini:

Malam ini adalah saat ketika saya tiba di Solo, seperti biasa jika tidak ada yang menjemput dari terminal atau stasiun maka saya menggunakan jasa becak untuk mengantar ke tempat tujuan. Perjalanan siang hari yang saya mulai dari Surabaya selalu diliputi mendung, seperti membuntuti saja, atau memang awan sedang melebarkan sayap mulai dari wilayah Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Ketika Bis yang saya tumpangi melewati daerah Caruban dan Ngawi, rintik mulai terlihat dari kaca jendela, hingga saya tertidur karena udara sejuk yang mendekati dingin menyelimuti saya yang sengaja tidak membawa jaket –karena saya pikir udara akan panas-.

Sampai di Tirtonadi saya melongo, hujan yang di tumpahkan dari langit mengguyur seluruh permukaan tanah tanpa ampun hingga air tergenang dimana-mana. Tambah melongo lagi,ketika menyadari bahwa saya sampai di terminal pada pukul 7.30 malam, tanpa membawa payung dan jaket, tukang becak yang biasanya berebut menawarkan jasa seolah lenyap, tidak ada satupun yang bersedia mengayuh di saat guyuran hujan menggila seperti saat ini. Koridor terminal hanya berisi pedagang asongan, kondektur bis, serta beberapa penumpang yang lalu lalang.

Ketika seorang Ibu pedagang buah menolong saya mencari jasa becak, maka yang saya temukan adalah para tukang becak yang mengeluh tidak bisa mengayuh becaknya karena hujan begitu deras. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk menerjang guyuran air hujan untuk menemukan taksi di depan terminal. Tetapi belum juga saya sampai di ujung koridor, seorang Bapak setengah baya menghampiri dan menawarkan jasa becak. Saya langsung mengangguk tanda setuju.

Untuk menuju tempat becak berada, saya harus membasahi kaos kaki dan ujung celana, betapa tidak, air mengalir dengan deras setinggi lima hingga sepuluh senti di tepi-tepi jalan.Saya menunggu di tepi jalan agar tidak lebih basah lagi, tidak lama kemudian bapak becak datang lalu saya menaiki jok landainya dan belum juga sepuluh menit becak di kayuh...Byyuurr...sebuah bis antar kota lewat di samping becak saya dan alhasil, seluruh badan dan tas saya basah. Tentu saja Bapak tukang becak juga basah. Tanpa menghiraukan apa yang terjadi Si Bapak becak terus mengayuh becaknya, sayapun berusaha menahan reaksi kaget karena terguyur air dari cipratan roda-roda raksasa bis antarkota. Hingga saya mengetahui bahwa si Bapak becak ternyata tidak menggunakan mantel di tengah hujan seperti ini.

Saya hanya ingin menyatakan apresiasi pada seorang tukang becak yang bersedia mengantarkan penumpang pada hari hujan yang begitu deras, tidak menghiraukan berapa liter air yang menumpahi punggungnya, melewati beberapa jalan yang tergenang air dan berarus, menepis angin yang menyertai guyuran air dari langit sementara tidak ada satupun rekannya yang bersedia mengayuh becak pada hari hujan. Terima kasih untuk Bapak Becak tak bermantel...

Solo, 11 Maret 2011

[caption id="attachment_93790" align="alignleft" width="131" caption="gettyimages.com"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun