Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kritik dan Refleksi Atas Implementasi Kurikulum Merdeka

13 Maret 2024   05:46 Diperbarui: 13 Maret 2024   05:50 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kritik dan refleksi atas Implementasi Kurikulum Merdeka | Dokumen pribadi oleh Ino Sigaze.

Kritik dan refleksi atas implementasi Kurikulum Merdeka itu sama seperti mencetak gambar buram dengan taburan tinta yang secukupnya|Ino Sigaze.

Wacana tentang kurikulum merdeka sudah berlalu dan yang tersisa cuma diskusi, evaluasi kepantasan apakah kurikulum merdeka pantas menjadi kurikulum nasional?

Atas dasar apa kurikulum merdeka itu diterima sebagai kurikulum nasional? Tentu saja kebijakan itu berlandaskan pada alur pertimbangan, distingsi fakta lapangan yang beragam dari berbagai latar belakang dan wilayah.

Tulisan ini coba mengkritisi sisi lain dari kurikulum merdeka yang perlu diolah lagi. Sebelum melihat sisi lain, kita perlu melihat kembali kerangka dasar dari  perangkat ajar Kurikulum Merdeka.

Perangkat Ajar Kurikulum Merdeka

Ada 9 poin penting dalam hitungan perangkat ajar kurikulum merdeka, sebagai berikut:

1. Modul ajar

2. Prota (Program tahunan)

3. Prosem (Program semester)

4. ATP (Alur tujuan pembelajaran)

5. CP (Capaian pembelajaran)

6. Jadwal pembelajaran

7. Rincian minggu efektif

8. Kalender pendidikan

9. Panduan assesment (penilaian)

Dari 9 poin di atas yang penting disoroti yakni mengenai ATP dan CP. Tampak sekali bahwa ATP dan CP belum ditentukan secara nasional. 

Artinya bahwa ATP dan CP diberikan kebebasan kepada pihak guru di setiap jenjang pendidikan. Terbukanya kemungkinan tentu saja punya sisi ganda.

Pertama, sisi independensi: Pada sisi ini guru memang punya kebebasan untuk menentukan sendiri alur tujuan pencapaian (ATP) dan capaian pembelajaran (CP). Konsekuensinya ATP dan CP itu hanya bisa seluas pemahaman yang dimiliki oleh guru-guru itu sendiri.

Bagi guru yang sungguh serius mengikuti perkembangan tuntutan dunia pendidikan, mereka akan dengan mudah mendesain ATP dan CP yang lebih progresif dan kekinian, sebaliknya bagi guru-guru yang jauh dari keterbatasan segala macam kemajuan, mereka hanya akan merasakan ATP dan CP yang tidak ada bedanya dengan kurikulum sebelumnya.

Kedua, sisi hilangnya pemerataan kemajuan cara berpikir. Oleh karena kebebasan untuk menentukan sendiri sebagai nafas dari Kurikulum Merdeka itu sendiri, maka sudah pasti akan ada perbedaan latar cara berpikir anak didik pada jenjang pendidikan yang sama.

Sorotan ini penting karena masih ada banyak sekolah yang jauh dari kemajuan dan kemungkinan-kemungkinan yang mudah seperti yang dialami oleh sebagian besar anak didik di pusat kota.

Eksplorasi Baru dalam Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka tidak pernah menyebutkan secara rinci model-model kecerdasan yang penting bagi anak didik. Meskipun demikian, itu tidak berarti anak didik tidak berhak untuk memperoleh pelajaran tentang kecerdasan hati.

Itulah sisi positif dari Kurikulum Merdeka, membiarkan guru dan murid menentukan sendiri. Sayangnya bagaimana anak didik yang masih kecil harus menentukan sendiri hal penting dan mendalam.

Nah, dalam arti itu sebenarnya Kurikulum Merdeka tidak pernah menggantikan peran seorang guru yang kekinian dalam konsep dan cara berpikirnya.

Guru tetap menjalankan fungsi-fungsi yang mengarahkan, membimbing dan memotivasi anak didik. Oleh karena itu, Kurikulum Merdeka sebenarnya kurikulum yang terbuka pada eksplorasi baru yang adequate.

Eksplorasi baru dari Anak SMPN I Paga | Dokumentasi pribadi oleh Ino Sigaze.
Eksplorasi baru dari Anak SMPN I Paga | Dokumentasi pribadi oleh Ino Sigaze.

Kecukupan itu tentu saja harus disesuaikan dengan banyak hal yang terhubung pada situasi anak didik itu sendiri. Bagi guru yang tidak kreatif, Kurikulum Merdeka akan menjadi seperti sebuah sampul baru pada buku yang lama.

Artinya bahwa nama Kurikulum dan perangkat ajarnya yang terlihat baru, sedangkan semuanya adalah muatan dari kurikulum lama yang nir sisipan yang inovatif dan berkualitas.

Formasi Kecerdasan Hati

Formasi kecerdasan hati memang sangat penting sebagai satu ragam menu edukasi dalam Kurikulum Merdeka. Sebagai contoh dari formasi kecerdasan hati dalam Kurikulum Merdeka ini ternyata sebagian besar sekolah-sekolah di Flores mengisi satu program tahunan (Prota) dengan kegiatan Retret.

Pengalaman kami yang bekerja di Rumah Retret, kegiatan Retret itu sangat penting dalam kerangka Kurikulum Merdeka. Dalam kegiatan Retret, anak didik masuk ke dalam suatu suasana baru yang memadukan antara keheningan, refleksi, meditasi, doa dan sukacita berkreasi dan proses mengenal diri.

Kurikulum Merdeka pada prinsipnya adalah bukanlah kurikulum dengan menu tunggal, tetapi lebih merupakan sajian terbuka dan kreatif dari pemasak dan juga peserta yang hadir sebagai pelaku pendidikan.

Oleh karena itu keterlibatan semua dengan segala interesenya pasti diakomodir di sana. Dari Retret itulah anak didik mengenal ternyata hidup bukan saja mendengar dan belajar, tetapi juga terlibat dan berbicara.

Hidup itu ternyata tidak hanya refleksi, tetapi juga rekreasi. Hidup itu tidak hanya bekerja, tetapi juga berdoa. Hidup itu tidak hanya mengandalkan akal pikiran, tetapi juga hati.

Dan kecerdasan hati adalah buah dari asahan dalam keheningan selama hari-hari Retret. Anak didik dibimbing kepada satu atmosfer kecerdasan hati. 

Dari kecerdasan hati itu mereka menjadi pribadi yang mengenal diri dan bisa mempertimbangkan segala sesuatu dengan bijak dan tenang.

Salam berbagi, Ino, 13 Maret 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun