Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Jeritan Beras Mahal Semakin Membahana dan 3 Motivasi Antisipasi Krisis

28 Februari 2023   21:20 Diperbarui: 2 Maret 2023   04:46 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi beras di dalam mangkuk kayu.| Dok Shutterstock/Agri Food Supply via Kompas.com

Narasi beras mahal semakin membahana dan 3 motivasi |Dokumen diambil dari trenasia.com
Narasi beras mahal semakin membahana dan 3 motivasi |Dokumen diambil dari trenasia.com

1. Masyarakat perlu mengubah pola makan

Pola hidup masyarakat tentu ada hubungannya dengan pola makan. Apalagi ketika kita berbicara tentang krisis yang diambang pintu, maka konteks itu tampak sangat erat hubungannya dengan pola hidup dan pola makan.

Masyarakat Indonesia seluruhnya dan masyarakat Flores khususnya saat ini perlu melihat lebih jauh lagi dan melakukan langkah-langkah strategis untuk mencapai zona nyaman.

Praktisnya seperti ini, jika di masa jaya, kita makan nasi tiga kali sehari, maka saat ini pola makan kita perlu diubah, sehari misalnya makan nasi cuma sekali. 

Dua kali makan umbi-umbian. Mengapa tidak bisa? Orang Eropa itu bisa, kenapa kita tidak bisa? Pengalaman tahun lalu 3 hari di Italia, sarapan pagi mereka sangat sederhana.

Coba bayangkan makan biskuit roma dan kopi. Begitu sederhananya, padahal ekonomi negara mereka lumayan bagus. Nah, mengapa kita tidak bisa mengubah pola makan kita?

Pernah saya bertanya kepada orang-orang di kampung. Jawaban mereka, "Ya, kami sarapan pagi makan nasi, karena kami nantinya bekerja keras, kalau orang di kota yang makan segitu gak apa-apa karena kerjanya di tempat teduh saja."

Konsep seperti itu mungkin perlu dipikirkan lagi. Konsep sehari makan nasi itu bukan dalam arti membatasi makan nasi, tetapi supaya persediaan beras tetap mencukupi karena kita memanfaatkan sumber makanan yang lainnya.

Beranikah masyarakat kita mencoba hidup dengan pola makan yang baru seperti ini, sarapan berupa singkong, pisang rebus, ubi talas dengan kopi. 

Siang hari baru ada makan nasi dan sayur-sayuran, daging. Sedangkan malam kembali lagi seperti pagi, jika ada sisa dari makanan pada siang hari, maka bisa dimakan lagi pada saat malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun