Pendampingan bersama yang direncanakan bersama itu sudah pasti akan jauh lebih efektif dan bermanfaat dan daripada semua perencanaan hanya muncul dari satu kepala.
2. Proses formasi bagi anak didik perlu bersifat inklusif
Pendidikan apa saja sebenarnya perlu mengarahkan anak didik untuk memiliki ciri-ciri inklusif dan bukan eksklusif. Pendidikan melalui model sekolah asrama bisa saja menjadikan anak didik itu inklusif, tergantung pula dari cara para pendidiknya di sana.
Pendidik yang punya karakter terbuka, pasti membawa pengaruhnya kepada anak didiknya untuk juga inklusif.
Pendidikan yang menghantar anak didik kepada mentalitas yang terbuka kepada orang lain pasti sangat tepat dengan wawasan kebhinekaan di Indonesia.
Sekolah asrama sebenarnya sangat bagus, kalau dilandasi dengan wawasan keberagaman dan dibentuk juga mentalitas budaya dan peradaban bangsa yang unik dan beragam ini.
Oleh karena itu sangat penting bahwa proses formasi sekolah asrama harus juga terbuka pada proses evaluasi dan keterlibatan pihak lain.Â
Semakin banyak perspektif dan wawasan yang berbeda dengan tujuan yang sama itu diberikan, maka semakin bagus wawasan kehidupan anak-anak atau generasi muda bangsa ini.
3. Perhatian pada anak didik harus merata dan tidak ada perlakuan khusus
Perhatian pada anak didik yang secara khusus tinggal di asrama perlu menjadi sorotan serius. Mengapa? Cukup rawan terjadi bahwa di sana akan ada praktek perhatian khusus, yang umumnya dikenal dengan sebutan "anak emas".
Pengelompokan anak-anak di asrama bisa saja terjadi tanpa secara kritis menilai seberapa besar daya pemberdayaannya untuk anak-anak seluruhnya.