Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mempertimbangkan Kembali Tren Lama "Siswa SMA Mengecat Pakaian Saat Berita Kelulusan"

3 Mei 2022   02:52 Diperbarui: 3 Mei 2022   02:56 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mempertimbangkan kembali tren lama siswa mengecat dan menulis pada seragam sekolah saat berita kelulusan |Dokumen diambil dari Facebook Finsen Rahja

Oleh karena itu, pihak sekolah perlu membangun kerja sama dengan pihak keamanan setempat untuk mengatur lalu lintas jalan dan khususnya di lingkungan persekolahan.

Catatan kritis: Fenomena coret pakaian dan kualitas lembaga pendidikan

Mengapa fenomena mengecat dan menyobek pakaian pada hari pemberitahuan kelulusan itu tidak ada di Eropa? Saya belum pernah melihat kegaduhan pada saat pengumuman kelulusan anak-anak SMA di Jerman misalnya.

Tampak ribut itu memang sangat kelihatan, tetapi menjadikan wajah mereka seperti pada saat karnaval sepertinya tidak ada. Nah, apakah fenomena itu merupakan bagian dari budaya kita?

Kalau bagian dari budaya yang diterima, maka tetap saja penting bahwa perlu diarahkan agar para siswa bisa belajar menghargai lingkungan, belajar menghargai tubuh mereka sendiri dan orang lain, belajar respek pada lingkungan sosial.

Anehnya bahwa ada keunikan yang pernah saya lihat, semakin sebuah lembaga pendidikan itu berkualitas, sebenarnya terlihat sekali bahwa fenomena corat-coret pakaian itu semakin tidak menonjol.

Apakah guru-guru sudah mengarahkan mereka? Ataukah benar-benar para siswa sendiri menyadari bahwa hal itu tidak ada manfaatnya.

Mungkinkah fenomena itu bisa menjadi ukuran kualitas pendidikan pada lembaga pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas yang berbeda-beda?

Kalau itu ada kaitannya dengan kualitas pendidikan, maka perlu adanya suatu evaluasi dan pembaharuan atau semacam reformasi mentalitas para siswa. Nah, kalau seperti itu, maka tentunya guru punya tanggung jawab besar untuk memberikan edukasi yang tepat sasar pada momen terakhir keberadaan mereka di suatu lembaga pendidikan setingkat SMA.

Demikian beberapa catatan yang bisa dipertimbangkan kembali oleh pihak-pihak yang terkait, seperti para guru, orangtua dan pihak keamanan secara khusus pihak kepolisian. Barangkali melalui tulisan ini kita diingatkan agar bisa mengarahkan anak-anak dan para siswa-siswi kita secara baik, terkait dalam mengungkapkan rasa gembira dan kebebasan mengungkapkan rasa syukur karena lulus Ujian Nasional nanti. 

Salam berbagi, ino, 3.05.2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun