Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dilema Akurasi: Antara Data, Kata, Gambar, Rujukan Tafsiran, dan Kecepatan

10 Februari 2022   04:35 Diperbarui: 10 Februari 2022   14:21 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dilema Akurasi antara data, kata, gambar, rujukan tafsiran dan kecepatan | Engin_Akyurt/pixabay

Saya jadi ingat dengan kejadian koran online lokal yang ditulis oleh wartawan lokal tahun 2020. Orang-orang yang di dalam gambar itu saya kenal, sementara itu keterangan dibawah gambar sangat tidak tepat. Ya, bagaimana tidak? Seorang ibu yang punya suami dinyatakan sebagai seorang janda. Belum lagi fotonya lain, nama dibawah foto juga orang lain.

Mengapa terjadi ketidakcermatan itu, hal ini karena penulis berita tidak turun ke lapangan, tetapi dia menerima laporan dari orang lain yang punya kepentingan. Barangkali juga ada yang pikir bahwa akurasi gambar dan keterangan itu tidak penting. Nah, itu yang sangat disayangkan sekali.

Namun oleh karena ada yang mempertanyakan hal itu, maka koreksi itu disampaikan kembali ke pihak editor media itu dan diedit lagi sebagaimana yang terjadi di lapangan. Hal seperti itu tidak boleh dianggap sepele, karena keluarga yang merasa dipublikasikan dengan keterangan sebagai janda, menjadi tersinggung oleh karena ketidaktepatan informasi itu.

Tafsiran penulis harus merujuk pada data dan pernyataan langsung

Terkait tafsiran penulis memang tidak sering terjadi, namun bahwa selain dalam bentuk laporan penulis berita punya kesimpulan-kesimpulan tertentu. Nah, pada saat itulah kadang orang tidak berhati-hati.

Pers akhirnya menimbulkan kesan seakan-akan selalu punya unsur kepentingan. Umumnya orang biasa mengatakan "media ini berpihak pada ini dan itu" 

Bagaimanapun objektif suatu pelaporan, bagi pihak yang menjadi korban selalu saja merasa tidak puas. Hal itu sudah menjadi kenyataan di mana-mana.

Oleh karena itu, penulis berita dalam hal ini wartawan secara langsung harus mempertimbangkan data-data rujukan, pernyataan-pernyataan yang seminimal mungkin tidak melenceng dari apa yang dikatakan secara langsung.

Kutipan langsung akan selalu menjadi lebih baik untuk menghindari kesalahan karena salah tafsir atas pernyataan-pernyataan penting lainnya dari orang yang diwawancarai.

Tantangan terkait poin antara tafsiran penulisan dan rujukan kepada pernyataan langsung adalah kebebasan pembuat berita. Seorang wartawan harus bebas dan mempertahankan unsur objektivitas dan profesionalitasnya.

Dalam hal ini, seorang wartawan tidak mungkin lebih dikendalikan oleh kecepatan mempublikasikan tanpa mempertimbangkan akurasi data, kata, gambar dan hal-hal yang terkait dengan tuntutan pelaporan. Hal-hal ini terlihat sepele sekali, tetapi pada kenyataannya sangat penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun