Setangkai harapan ranting kecil di musim gugur. Tergeletak di pinggir jalan dari kumpulan yang dijual mahal.Â
Ranting ungu dengan barisan tahap-tahap penuh janji. Janji lama yang dibaharui dalam ruang dan waktu.Â
Ranting kecil dengan pucuk-pucuk siap mekar, meski tidak pasti kapan dan di mana. Ia cuma setangkai yang tergeletak di pinggiran ingatan tuannya.Â
Ia tampak sunyi di pinggir kota tua itu, tidak mengeluh juga tanpa tangisan yang merayu. Ia menerima adanya cuma sebagai yang terdepak dari ingatan tuannya.Â
Setangkai harapan dipilih tanpa tanya, mengapa ia terhempas di situ. Ia dibawa ke ruangan penuh dimensi dan inspirasi.Â
Di depan altar gereja tua kota itu, ia didandan bagaikan setangkai melati mahal. Ia membisu di depan altar dengan pesan "bawa harapan ke rumah hatimu!"
Pesan rahasia di tengah dunia yang riuh duka menghimpit setiap jejak manusia. Pesan sunyi di saat Covid19 tak mau pamit dari manusia.Â
Setangkai harapan menoreh hati dengan tulisan rahasia, "semoga manusia waspada dan tekun berdoa."
Setangkai harapan dalam cara yang sederhana menyapa manusia, "Hendaklah sungguh-sungguh hidup dalam kasih sehari-hari."Â
Setangkai harapan pengingat bahwa masih ada hari untuk mekar. Â Setangkai harapan punya irama sunyi yang tiada henti berbisik, "yang berat, duka, derita akan berlalu dan berubah."
Salam berbagi, ino, 29.11.2021.