Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meretas Mitos Budaya "Ata Kubhe" Bukan sebagai "Orang Tindis"

26 November 2021   05:26 Diperbarui: 26 November 2021   05:29 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meretas mitos Budaya "ata kubhe" sebagai "orang tindis" | Dokumen diambil dari: rri.co.id

Mengatur pola makan itu jauh lebih baik, daripada percaya pada apa kata orang yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya.

Sebagian orang Indonesia mengenal fenomena yang disebut sebagai "mengigau" pada saat tidur malam hari. Entahkah fenomena itu hanya dikenal  sebagian orang saja, tapi rasanya fenomena itu sudah menjadi semacam mitos budaya bagi orang-orang Flores khususnya dikenal dengan sebutan "Ata kubhe, jomba rana atau mengigau."

Saya yakin fenomena itu dikenal dengan sebutan tertentu sesuai bahasa dan budaya masing-masing. Fokus tulisan ini lebih pada kajian dan ulasan pada konteks orang-orang Ende-Lio. 

Orang Ende-Lio mengenal fenomena yang sekaligus sudah menjadi mitos itu dengan sebutan Ata kubhe, atau ngengu. Ata kubhe, ngengu itu berkaitan dengan pengalaman seseorang pada saat tidur malam dengan rasa seperti sesak nafas, tidak bisa bergerak, tidak bisa berteriak, berbicara sendiri.

Dalam konteks budaya orang Ende-Lio, mereka percaya kejadian itu tidak lain sebagai pozo teni atau suanggi tindis. Suanggi atau setan dalam keyakinan budaya orang Ende-Lio dianggap sebagai kekuatan jahat yang bisa datang dari diri seorang manusia.

Oleh karena keyakinan budaya seperti itulah, maka antara mitos dan atau sebatas fenomena "orang tindis" itu selalu memunculkan rasa curiga pada orang lain. Mitos "Ata kubhe" itu selalu memunculkan kecurigaan pada tetangga.

Sejak masa kecil, saya sudah mengalami fenomena itu dan begitu percaya seperti apa kata orang-orang tua di kampung. Tuduh menuduh rupanya menjadi hal yang sangat mungkin terjadi, oleh karena tidak ada penjelasan logis sampai saat ini.

Saya sebenarnya berangkat dari rasa ingin tahu, apa sih "Ata kubhe, jomba rana, atau mengigau dan suanggi itu. Katanya ada suanggi, namun saya tidak pernah menjumpai suanggi. Mungkin itu juga adalah mitos yang tidak bisa dijelaskan dengan teori-teori yang dapat dimengerti dengan baik.

Pertanyaan yang menantang penelitian pribadi saya adalah apakah "Ata kubhe" itu benar-benar punya hubungannya dengan realitas di luar diri manusia? Bagaimana cara mengatasi mengigau?

Ada tiga teori yang membantu saya dalam kajian terkait fenomena "Ata kubhe atau mengigau."

Teori pertama: apa yang dimakan selalu punya pengaruhnya pada tubuh manusia.

Suatu saat saya merasakan badan saya sakit-sakitan pada bagian  punggung belakang. Rasa seperti tertusuk, bahkan muncul rasa nyeri-nyeri setelah makan malam. 

Mula-mula saya mencurigai, mungkin karena masuk angin. Anehnya, suatu hari saya tidak pernah keluar rumah. Bagaimana bisa masuk angin ya? Jelas-jelas itu tidak mungkin. 

Selanjutnya saya coba mengamati kembali apa yang saya makan. Nah, ternyata setiap kali saya makan roti putih terasa sakit yang sama. Faktor yang menyebabkan sakit itu sebenarnya karena kandungan bibit roti yang banyak bisa mempengaruhi meningkatnya asam lambung. 

Ketika saya tidak memakan roti putih lagi, rasa sakit pun tidak dialami lagi. Jadi, jelas dong, sebabnya itu karena roti putih itu tidak cocok untuk saya atau sangat mempengaruhi lambung. Bisa jadi, karena kebanyakan zat tertentu bisa menaikan kadar asam lambung dalam tubuh.

Teori kedua: mengkonsumsi minyak dan lemak yang banyak dapat mengganggu peredaran darah

Teori ini berangkat dari uji saudara saya di dua tempat berbeda yakni di Jawa dan di Flores. Uji coba itu berkaitan dengan fenomena mengingo. 

Pertanyaannya mengapa setiap kali dia ke kampung di Flores, pengalaman "Ata kubhe" atau mengigau itu selalu dialaminya? Demikian juga istri dan anaknya sama punya pengalaman itu. 

Berangkat dari teori pertama di atas bahwa makanan yang dikonsumsi akan sangat mempengaruhi reaksi tubuh manusia, maka uji coba dilakukan lagi. Makanan berlemak itu akan menjadi sebab dari keadaan tidak nyaman tidur atau mengigau itu.

Suatu waktu kakak saya membeli daging yang berlemak dan memasak dengan berbagi cara, hasilnya sama pada malam hari selalu saja mengigau. 

Teori ketiga: Pada suhu dingin sekitar 5 derajat Celcius minyak akan mulai membeku

Nah penyebab mengigau itu bukan cuma makanan yang tidak sehat, berlemak, tetapi ada sebab lainnya yakni tidur dalam keadaan jendela terbuka, yang memungkinkan udara masuk ke dalam rumah dengan suhu dingin.

Suhu dingin pada malam hari sangat potensial menjadikan orang mengalami "mengigau.". Mengigau sebenarnya adalah fenomena sesak nafas pada saat tidur karena sangat mungkin lemak di dalam tubuh akan mengalami pembekuan karena penurunan suhu tubuh. 

Menariknya dalam uji coba teori ini istrinya kakak saya yang seorang perawat itu tidak percaya dengan temuan itu. Ia mencoba beberapa kali makan makanan berlemak, lalu waktu tidur dibukakan jendela, terdengar seperti mau teriak, tapi nggak bisa teriak pada malam hari.

Itulah yang namanya mengigau atau dalam konteks masyarakat di desa-desa yang masih cukup kuat percaya pada cerita-cerita orang dulu bahwa itu ada suanggi yang tindis. Ya, dimana suangginya?

Jadi, jelas sekali bahwa fenomena "orang tindis" bagi sekelompok orang dipercaya begitu saja karena sampai saat ini belum bisa membuktikan apa penyebabnya.  

Nah, tulisan ini berangkat dari pengalaman pribadi dan hasil dialog pribadi dengan beberapa orang terkait fenomena itu. Hal yang sungguh tidak masuk akal adalah beberapa hal ini:

1. Bagaimana suanggi itu bisa dijelaskan? Masak suanggi itu benci sama orang yang baru saja datang?

2. Masak di Jawa juga ada fenomena "Ata kubhe" yang dipercaya bahwa itu kerja suanggi atau orang tindis?

3. Bagaimana mungkin di Jerman juga ada suanggi? Ya dari pengalaman saya mengalami seperti sesak nafas pada waktu tidur malam itu.

Bagi saya itu sama sekali tidak masuk akal. Karena itu, faktor makanan berlemak dan suhu pada saat tidur malam itulah yang sangat mempengaruhi saluran peredaran darah ke jantung manusia.

Mengapa orang-orang di Flores sering sekali mengalami "Ata kubhe"?

Sebenarnya bukan karena orang-orang Flores itu terlalu kuat percaya pada adat istiadat dan kepercayaan, tetapi karena orang Flores umumnya dan khususnya orang-orang di kampung punya kebiasaan mengkonsumsi minyak kelapa yang dibuatnya sendiri.

Mengapa minyak kelapa menjadi sebabnya? Nah, coba perhatikan! Di rumah saya juga sama, sering sekali menggunakan minyak kelapa. Minyak kelapa itu sangat beraroma.

Siapa saja yang menggoreng nasi dengan menggunakan minyak kelapa, sudah pasti bisa mencium aroma nasi goreng itu dari beberapa meter, atau bisa juga tahu bahwa tetangga sedang makan nasi goreng.

Ini bukan sekedar cerita lho. Di tempat saya ada istilah ini "zengi eru" atau minyak tidur. Istilah itu disebutkan karena ada kenyataan bahwa minyak kelapa pada suhu tertentu akan membeku. Cara untuk mencairkannya adalah dengan memanaskan pada bara api.

Nah, coba bayangkan apa jadinya kalau minyak yang dikonsumsi itu membeku di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu tidak heran mengapa fenomena "orang tindis" itu ramai dibicarakan di sana. 

Mengkonsumsi minyak kelapa yang terlalu banyak dapat menjadikan seseorang pada saat tidur dengan suhu dingin akan mengalami sesak nafas. Silahkan coba bro!

Faktor rumah sangat mungkin menjadi alasan pendukung terjadinya peningkatan suhu dingin pada malam hari. Rumah pondok, atau rumah dengan berdinding semen, namun tanpa plafon; ya sangat mungkin bahwa udara malam menjadi sebab penurunan suhu tubuh manusia.

Jika orang pernah mengendarai sepeda motor yang karburatornya kotor, sudah pasti proses mengalir minyaknya terhambat, dampaknya adalah jalan mesin motor pun tersentak-sentak. Saya yakin demikian juga tubuh manusia, jika ada penyumbatan pada pembuluh darah, karena pembekuan darah dan penyumbatan oleh lemak, maka otomatis orang bisa mengalami sesak nafas.

Fenomena mengigau atau "orang tindis" dan kecurigaan sosial

Bagi saya tema bahasan ini sangat penting sekurang-kurangnya untuk latar belakang masyarakat yang sampai dengan saat ini masih percaya bahwa fenomena "mengigau" itu sebagai orang tindis.

"Orang tindis" ya siapa? Ketidakjelasan pelaku dari pengalaman saat tidur malam itu, tidak sedikit menjadi perusak suasana hidup bermasyarakat. 

Orang bisa saja curiga dengan kedatangan tamu pada sore hari di rumah, padahal orang yang datang itu benar-benar tulus cuma sekedar mengunjungi untuk bercerita dan lain sebagainya.

Ketidakjelasan fenomena mengigau itu menjadikan orang-orang di sana gampang curiga dan gampang percaya. Orang baik bisa saja dikatakan pura-pura baik, orang yang tidak mengatur rambutnya bisa dikatakan "juwa jetu" atau nggak karuan seperti setan; ya dan lain sebagainya.

Singkatnya kecurigaan akan selalu menyertai fenomena "mengigau atau orang tindis" sejauh belum bisa dijelaskan secara masuk akal. Harusnya kecurigaan itu dibiarkan? Tidak....tidak.

Oleh karena itu, ada beberapa penegasan penting dari tulisan ini:

  1. Pada prinsipnya, sudah menjadi jelas bahwa penyebab Ata kubhe itu bukan karena orang tindis, tetapi karena faktor makanan berlemak dan kedinginan pada malam hari atau karena penurunan suhu sampai menimbulkan pembekuan darah.
  2. Apapun namanya fenomena Ata kubhe, jomba rana, atau mengigau semua itu ada hubungannya dengan gangguan tidur pada malam hari.
  3. Tidak perlu bahwa fenomena yang tidak masuk akal itu dihubungkan dengan ulah orang lain.
  4. Tulisan ini tidak untuk meruntuhkan produksi minyak kelapa, tetapi orang perlu lebih hati-hati dan secara teratur dan terukur mengkonsumsinya.
  5. Hentikan curiga pada sesamamu, dan perbaiki cara makan di rumah masing-masing; ya belajar hidup sehat, maka curiga itu akan lenyap. Kesehatan lebih penting dan harus diutamakan dari hal lainnya apalagi kecurigaan.

Demikian beberapa pokok pikiran dan kajian kecil terkait fenomena " Ata kubhe, jomba rana atau mengigau yang dikenal dengan sebutan "orang tindis" di masyarakat Indonesia umumnya dan NTT khususnya. Namun, perlu digarisbawahi di sini bahwa Ata kubhe, jomba rana atau mengigau itu bukan karena ada keterlibatan orang lain di dalamnya, tetapi karena pola makan yang tidak sehat. Pembuktian pribadi ini sangat terbuka pada kajian lain untuk membuktikan kebenarannya. Karena itu, saya sangat terbuka pada koreksi dan kajian lain terkait fenomena yang sama. Besar harapan tulisan ini dapat membantu siapa saja yang mengalami fenomena tidak terjelaskan itu, lalu belajar menyingkirkan curiga sambil menata menu makan secara baik tanpa perlu terlalu banyak mengkonsumsi minyak.

Salam berbagi, ino, 26.11.2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun