Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Misteri Batuk "Ehm" dan Ragam Pesannya yang Juga Paling Ditakuti Pencopet

26 Juni 2021   02:57 Diperbarui: 26 Juni 2021   09:02 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi batuk di kendaraan umum| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Enam tahun saya hidup bersama dalam satu rumah dengan penghuni dari 5 negara. Perbedaan-perbedaan khas memang selalu ada, namun ada satu kegiatan bersama yang dilakukan secara rutin sebagai anggota rumah.

Kebiasaan duduk hening selama 5 menit setelah mendengarkan bacaan tertentu dari berbagai buku yang ditulis oleh berbagai penulis menyadarkan saya tentang seseorang yang telah menjadi seorang pribadi otomatisasi.

Otomatisasi yang saya maksudkan dalam konteks ini adalah seseorang yang melakukan sesuatu secara otomatis di luar kesadarannya sendiri. Kemudian kesadarannya diganti dengan kekuatan refleks yang muncul spontan dari tubuh, bahkan bisa saja dari sistem saraf otak.

Kebiasaan itu berjalan otomatis tanpa dipengaruhi oleh hal lainnya atau orang dari luar dirinya. Konkretnya adalah ia punya kebiasaan batuk "ehm."

Entah ia mau mengingatkan orang lain bahwa sekarang sudah lima menit hening dan harus segera berakhir dengan cara yang paling santun, tanpa orang lain lihat jam tangan dan begitu terganggu.

Ia melakukan itu berkali-kali hingga saya menyadari kebiasaan itu sudah otomatis. Terkadang saya berusaha melawannya dengan cara yang santun pula, sekalipun ia batuk, saya diam saja sekadar menambah satu menit waktu hening. Tujuan saya agar menolong dia agar jangan jadi otomatis.

Anehnya, dia tidak melihat jam tangan, tetapi pada menit kelima, pasti deh dia akan batuk "ehm" nah, batuk "ehm" yang telah menjadi suatu kebiasaan otomatis itu sebenarnya sudah tidak baik karena orang lain akan merasa terganggu seakan-akan orang lain itu akan menjadi objek remot kontrolnya melalui batuk "ehm."

Dalam konteks otomatis seperti itulah, arti dari batuk "ehm" berubah menjadi negatif. Pernah saya menjelaskan teori dan eksperimen sederhana saya itu pada seorang teman, mula-mula ia tidak percaya, namun ketika lima menit duduk dalam kesadaran sambil memerhatikan teman itu, ternyata benar lho.

Pada menit kelima, ia tidak melihat jam tangannya sama sekali, tapi kami semua mendengar batuk "ehm" dari seorang teman yang sudah kami duga. 

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan 4 hal ini:

1. Batuk "ehm" adalah bagian dari bahasa komunikasi yang sering sekali dipakai manusia setiap hari, namun tidak pernah diakui dan diterima secara formal, meskipun sering digunakan pada momen-momen formal juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun