Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ada 4 Cara Alternatif Upaya Preventif Pelecehan Seksual

14 Juni 2021   15:16 Diperbarui: 14 Juni 2021   15:33 3719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi untuk 4 cara alternatif upaya preventif pelecehan seksual | Dokumen pribadi oleh Ino

Kesadaran yang penting adalah bahwa tubuh manusia itu suci dan pelecehan terhadap tubuh manusia bisa membawa dampak pada ketidakharmonisan antara Pencipta, manusia dan lingkungan alam. 

Cara dan upaya preventif selalu jauh lebih baik dibandingkan dengan upaya kuratif atau penyembuhan. Namun, pada kenyataannya orang baru mencari cara-cara preventif setelah muncul ke permukaan baik itu karena pemberitaan media atau proses hukum lainnya.

Kecenderungan manusia mencari cara untuk mencegah agar tidak terjadi lagi merupakan kecenderungan umum yang tidak hanya terkait pelecehan seksual, tetapi pelecehan psikis dan pelecehan spiritual lain sebagainya.

Opini, kajian dan analisis selalu berguna karena secara langsung maupun tidak langsung orang terlibat dalam mengambil peran edukasi kepada diri sendiri dan pembaca umumnya.

Nah, sorotan tema pelecehan baru bergema di Indonesia, sementara di belahan dunia lainnya telah menjadi tema sosial, bahkan tema politik yang ujung-ujungnya cenderung menyudutkan institusi tertentu.

Padahal, jika secara teliti melihat dan mencerna dari pemberitaan selama ini, sebenarnya para pelaku itu adalah pribadi tertentu atau seseorang. Karena itu, saya lebih tertarik melihat tema pelecehan ini sebagai tema sosial yang bisa saja terjadi di mana saja.

Mengapa demikian? Karena tidak pernah ada bahwa pelecehan itu dilakukan secara sistematis oleh institusi tertentu, kecuali mungkin pada masa-masa perang. 

Artinya untuk konteks sekarang ini, yang paling dibutuhkan adalah suatu perspektif bersama dalam mengkaji dan menemukan cara-cara untuk mencegah pelecehan.

Penting bahwa orang perlu tahu apa sih sebenarnya istilah pelecehan seksual itu?

Pelecehan seksual yang dimaksudkan adalah setiap tindakan seksual yang dilakukan pada atau di depan anak perempuan dan anak laki-laki di luar kehendak mereka atau yang tidak dapat mereka setujui secara sadar karena inferioritas fisik, emosional, mental atau bahasa.

Dalam ulasan lebih fokus pada upaya pencegahan sebagai upaya alternatif. Ada 4 cara alternatif sebagai upaya preventif terkait pelecehan seksual:

1. Pentingnya pelajaran atau mata kuliah tentang seksologi dengan referensi sumber spiritual dari semua agama

Pelajaran dan mata kuliah terkait Seksologi perlu dipikirkan dalam penerapan kurikulum pendidikan sekurang-kurang mulai tingkat usia remaja. Pemahaman praktis tentang tubuh manusia dan fungsi-fungsi biologis perlu diketahui. 

Tentu, pemahaman tentang tubuh tetap bukan satu-satunya sebagai cara alternatif untuk menolong pemahaman pribadi seseorang agar lebih menghargai tubuh. 

Pada prinsipnya pelajaran tentang seksologi itu tidak sebagai jaminan bahwa tidak akan ada pelecehan seksual, tetapi lebih sebagai suatu upaya dari dini agar orang menghargai seksualitas manusia.

Orientasi dini ini yang penting dimulai karena kemungkinan bahwa pelaku pelecehan itu pasti disebabkan karena rendahnya pemahaman tentang nilai dari tubuh manusia.

Tubuh manusia tidak dilihat sebagai yang suci, tetapi dimanipulasi hanya untuk kepuasan tertentu. Tekanan pada konsep tentang tubuh manusia yang suci dan nilai kehidupan yang utuh perlu dibicarakan secara terus-menerus, bahkan perlu dikaji lebih dalam lagi dari sudut pandangan setiap agama.

Saya percaya bahwa masing-masing agama mengajarkan bagaimana nilai dari tubuh manusia. Keragaman konsep dan pandangan tentang tubuh manusia itu bisa saja menjadi bahan pelajaran atau bahan bacaan untuk umum, bahkan untuk anak-anak di sekolah, maupun di universitas.

2. Perlunya kampanye "Jangan jadi pelaku."

Kampanye jangan jadi pelaku itu sangat penting sebagai upaya untuk proses preventif dari tindakan pelecehan. Pertanyaan, di mana dan bagaimana kampanye "jangan jadi pelaku" itu dilakukan?

Kampanye "jangan jadi pelaku" perlu dilakukan secara umum dan merata, tentu melalui jalur pendidikan, yayasan persekolahan, institusi agama, dan berbagai bentuk kegiatan yang berhubungan dengan anak-anak.

Bahkan juga sangat perlu untuk masyarakat biasa, secara khusus untuk orang-orang dewasa. Kampanye "jangan jadi pelaku" itu merupakan upaya preventif yang positif dan netral karena asumsi dasarnya adalah siapa saja punya potensi menjadi pelaku.

Karena itu, setiap orang perlu diingatkan atau terlibat mendiskusikan tema-tema pelecehan dalam bentuk apa saja, agar wawasan dan pemahaman yang benar bisa menyebar secara baik ke seluruh pelosok tanah air.

3. Perlu adanya jaringan kerja sama secara global

Pelecehan tidak lagi menjadi tema yang hanya aktual di negara tertentu, tetapi tema yang berkaitan langsung dengan martabat manusia. Karena itu, diskusi dan kerja sama perlu dibuka ke publik agar akses informasi terkait tema kemanusiaan, martabat manusia, nilai tubuh manusia menjadi pelajaran bersama.

Kerja sama tidak hanya berkaitan dengan dukungan terhadap kampanye "Jangan jadi pelaku," tetapi juga berkaitan dengan tema-tema terkait seperti bagaimana penentuan sendiri (Selbst Bestimmung) berdasarkan sumber spiritual (spiritual Resource).

Tema-tema itu masih tergolong baru dan juga aktual dengan pendekatan yang menghubungkan aspek psikologi dan spiritualitas dengan basis bukan saja pada referensi sumber-sumber spiritual sebagai referensi utama, tetapi juga berbasiskan pada analisis filsafat dan psikologi.

Pada prinsip kesadaran yang penting untuk dicapai adalah agar setiap orang menyadari otonomi diri dan kebebasan pribadinya dalam mengambil keputusan secara sadar dan bertanggung jawab.

Dalam kaitan dengan hal inilah, maka pertukaran informasi dan cara pendekatan terkait kampanye "Jangan jadi pelaku" mungkin menjadi efektif dan semakin diperkaya.

4. Alternatif pendekatan budaya "Peza pani"

Pendekatan budaya "Peza pani" yang akan diulas dalam tulisan ini hanya merupakan satu contoh dari pendekatan budaya yang berlaku dalam konteks budaya dan adat istiadat suku Paumere.

Peza pani sebenarnya sebutan dalam ungkapan bahasa adat yang bisa dimengerti secara lebih umum sebagai suatu pelecehan seksual. Pada dasarnya adalah lebih fokus pada pelecehan seksual karena hubungan inces.

Akan tetapi, kenyataannya bukan saja inces, tetapi berkaitan dengan hubungan tidak wajar antara pria dan wanita dewasa yang secara langsung dijamin berdampak pada alam.

Peza pani bagi masyarakat suku Paumere masih dijaga dan dilestarikan sampai saat ini sebagai bagian dari hukum adat dalam suku untuk menata kehidupan sosial yang lebih baik.

Hukum adat ini diberlakukan sangat keras di hadapan publik atau seluruh masyarakat suku dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa tindakan pelecehan itu bukan merupakan tindakan terpuji.

Hukum adat Peza pani tidak punya referensi pada agama, semuanya dilakukan berdasarkan keyakinan adat. 

Proses pelaksanaan Peza pani dimaksudkan untuk menciptakan kembali rekonsiliasi dengan tiga arah, sebagai berikut:

1.  Rekonsiliasi antara manusia 

Rekonsiliasi antar manusia yang dimaksudkan di sini adalah upaya damai antara pihak pelaku dan korban. Tentu dalam hal ini antara kedua pihak keluarga dari pelaku dan korban. Pada prinsipnya pelaksanaan upacara adat Peza pani itu menjadi akhir dari perselisihan dan lain sebagainya.

Suatu awal baru harus dimulai tanpa rencana balas dendam atau pun tindakan kekerasan lainnya. Rekonsiliasi damai itu penting agar harmoni dalam kehidupan suku menjadi nyata dirasakan kembali.

2. Rekonsiliasi dengan Nggae Dewa

Nggae Dewa adalah sebutan untuk wujud tertinggi yang mereka akui sebagai Pencipta dan tidak menyetujui tindakan pelecehan seksual dan kekerasan lainnya. 

Memang pihak pemangku adat tidak punya referensi pada hukum agama, namun mereka secara umum percaya bahwa tindakan pelecehan itu bertentangan dengan kehendak Wujud Tertinggi atau Pencipta.

Rekonsiliasi itu sangat penting dilakukan agar Pencipta bisa memberikan mereka cuaca yang baik dan kelimpahan hasil dalam kerja mereka. Sulit dipahami secara akal sehat, karena hal itu masuk dalam wilayah keyakinan masyarakat adat.

Rekonsiliasi dengan Pencipta itu akhirnya terhubung dengan berkat bagi kesuburan dan kehidupan. Mengerikan bahwa sejauh kasus pelecehan tidak diungkapkan ke publik, maka dampaknya akan dirasakan oleh seluruh warga suku.

Dampak paling konkret diyakini melalui perubahan-perubahan alam seperti, panas panjang atau hujan lebat disambar petir dan lain sebagainya.

3. Rekonsiliasi dengan lingkungan alam

Rekonsiliasi dengan alam itu sudah merupakan suatu keharusan dan tidak dapat dipisahkan hubungannya dengan rekonsiliasi dengan Pencipta. Masyarakat suku percaya bahwa alam itu menjadi semacam instrumen pernyataan kehendak Pencipta.

Tuntutan pelaksanaan upacara adat Peza pani akan menjadi tuntutan umum seluruh masyarakat suku. Karena itu, pelaksanaan selalu punya dampak besar pada biasa.

Semua anggaran pemberian makanan dan upacara korban pada saat upacara Peza pani merupakan beban yang harus ditanggung pihak pelaku. Tampaknya beban tanggung jawab dan keharusan pelaksanaan tuntutan hukum adat memberikan efek psikologis kepada warga suku.

Efek ini bukan saja sekedar efek jera, tetapi lebih-lebih atau pertama-tama untuk menanamkan nilai respek dan hormat pada Pencipta dan nilai kehidupan manusia dan keutuhan lingkungan alam.

Karena itu, saya melihat bahwa sangat penting jika masyarakat Indonesia belajar kembali kepada keyakinan budaya masing-masing yang secara khusus sangat menekankan aspek nilai dan respek pada tubuh, manusia, lingkungan dan terutama pada Pencipta.

Demikian 4 cara alternatif sebagai upaya preventif pelecehan seksual. Cara-cara ini lebih merupakan alternatif tawaran sebagai suatu gagasan untuk dipikirkan lebih lanjut ke depan. Kesadaran yang penting adalah bahwa tubuh manusia itu suci dan pelecehan terhadap tubuh manusia bisa juga dari sisi keyakinan budaya tertentu membawa dampak ketidakharmonisan antara Pencipta, manusia dan lingkungan alam.

Salam berbagi, ino, 14.06.2021.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun