Museum berisi banyak barang-barang bersejarah yang sengaja disimpan dan dipamerkan ke banyak orang agar mereka mengerti berbagai peristiwa penting yang terjadi di masa lampau. Dengan adanya museum, kita sebagai generasi masa depan dapat mengetahui apa saja yang telah dilalui para leluhur kita serta mempelajari apa saja kesalahan yang sebaiknya kita hindari agar tidak bernasib sama dengan orang-orang di masa lalu.
Minggu 16 Maret 2025 lalu, saya memenuhi tantangan jalan spontan ke Bogor yang diselenggarakan oleh komunitas Ketapels dan Ladiesiana. Karena kebetulan hari libur kerja dan saya tidak punya banyak kesibukan, saya langsung tertarik dan mendaftar di event ini.Â
Kami sepakat berkumpul di Stasiun Bogor dan selanjutnya berjalan kaki bersama-sama menuju Museum Kepresidenan Balai Kirti yang terletak di Jl. Ir. H. Juanda No.1, RT.04/RW.01, Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat.
Balai Kirti, berasal dari bahasa sansekerta. Balai berarti ruangan dan Kirti memiliki arti kemasyhuran. Jadi, Balai Kirti memiliki makna "Ruang menyimpan kemasyhuran." Balai Kirti dapat diartikan sebagai bangunan yang menyimpan dan memamerkan berbagai benda peninggalan bersejarah yang pernah membawa kemasyhuran.
Kami disambut dengan pemandu museum dan di pintu masuk, juga dengan banyak prangko-prangko zaman dulu. Karena rupanya sedang diselenggarakan pameran filateli/ pameran prangko yang berlangsung mulai dari tanggal 13 sampai 19 Maret 2025 nanti. Kartu pos sebagai media komunikasi di masa dulu merupakan gambaran dari sebuah zaman.Â
Ada begitu banyak potret-potret masa lalu dari kota Bogor atau di masa kolonial Belanda dikenal dengan nama Buitenzorg. Nama ini berarti "tanpa kekhawatiran" atau "bebas dari kesulitan". Kota Buitenzorg di zaman Belanda digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi para pejabat Belanda. Sedangkan Nama Bogor dipercaya berasal dari bahasa Sunda kuno, yang mungkin berhubungan dengan kata "buhur" atau "bukur", yang berarti pohon besar atau hutan lebat.
Peluncuran buku dan pameran Buitenzorg pada sekeping kartu pos ini, dilakukan guna mengenalkan potret kota Bogor tempo dulu sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang dunia Filateli. Kartu pos bergambar dari sebuah kota menjadi media dokumentasi yang merekam dinamika perkembangan kota, teristimewa kota Bogor.
Setelah melihat pameran, kami masuk ke ruangan audio visual yang menampilkan video dokumenter mengenai para presiden Indonesia di masa lalu. Mulai dari kepemimpinan bapak Ir Soekarno sampai bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Adapun untuk presiden ke 7 yakni bapak Joko Widodo, masih direncanakan dan belum selesai.Â
Sejarah tentang kepemimpinan para presiden dan pencapaian yang diraihnya, membuat saya kagum dan berharap kepemimpinan Indonesia di masa sekarang, bisa lebih baik lagi dibandingkan masa lampau. Sebab, tantangan di masa mendatang yang serba digital serta cepat ini memaksa kita untuk terus berkembang dan beradaptasi.