Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kecerobohan Polisi dan Wartawan dalam Pemberitaan Pembunuhan di Pulomas

29 Desember 2016   13:35 Diperbarui: 29 Desember 2016   15:59 3156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Tribunnews.com)

Selasa, 27 Desember 2016. Layar kaca televisi diramaikan oleh siaran langsung dari TKP (tempat kejadian perkara) yaitu penyidikan polisi terkait dengan penemuan 11 orang yang disekap di sebuah kamar mandi. Belakangan dikabarkan dari 11 orang tsb. 6 hidup dan 5 meninggal di TKP. Yang selamat dibawa ke rumah sakit terdekat, sayang 1 di antaranya juga meninggal di rumah sakit tsb.

Yang tidak masuk akal adalah polisi dengan ringan mulut menyebutkan nama rumah sakit tempat korban selamat dirawat. Wartawan pun kemudian mengulang menyebutkan nama rumah sakit berkali-kali. 

Dalam kaidah kriminalitas korban yang selamat adalah saksi mata yang bisa jadi saksi kunci. Maka, saksi-saksi mata juga jadi incaran pelaku kejahatan agar mereka lolos dari jerat hukum. Itu artinya dengan mudah pelaku kejahatan bisa membunuh saksi mata, dalam hal ini 5 korban selamat, dengan berbagai cara. Dalam film-film detektif digambarkan penjahat menyamar jadi perawat, dokter, keluarga, dll.

Maka, bertolak dari fakta di atas tidak jelas seperti apa SPO (standar prosedur operasi) polisi dalam memberikan informasi kepada wartawan, terutama pada saat siaran langsung (live), polisi dan wartawan jelas gegabah. Untungnya, pelaku tidak memanfaatkan informasi terkait dengan saksi mata (korban). 

Ketika mendengar di televisi polisi dan wartawan menyebutkan nama rumah sakit tempat korban selamat dirawat saya benar-benar bingung karena hal itu merupakan jalan bagi pelaku untuk membunuh saksi mata. Apalagi saya tahu persis seperti apa rumah sakit dimaksud dengan tingkat keamanan yang rendah karena rumah sakit itu tidak disiapkan untuk menampung korban dan pelaku kriminalitas.

Di sisi lain wartawan pun tidak pula memahami dampak buruk siaran langsung yang mereka lakukan. Semua informasi yang disiarkan akan dijadikan pelaku sebagai bahan untuk menghilangkan alat bukti.

Di awal-awal laporan teks gambar, narasi penyiar di studio dan laporan wartawan menyebutkan: perampokan. Pada saat yang sama polisi mengatakan dengan tegas belum bisa memastikan motif kejadian tsb. Yang jelas, seperti juga disebutkan oleh polisi, adalah terjadi pembunuhan. Ini fakta karena di rumah tsb. ditemukan mayat dan korban hidup yang disekap di kamar mandi.

Nah, kamar mandi itu pun jadi persoalan. Polisi menyebutkan di awal laporan ukuran kamar mandi 1 x 2 meter. Ada reporter televisi yang berkali-kali menyebutkan luar kamar mandi 3 meter persegi. Luas adalah panjang x lebar sehingga 1 x 2 meter = 2 meter persegi. Belakangan disebutkan ukuran kamar mandi 1,5 x 1,5 meter. Ini pun luasnya bukan 3 meter persegi tapi 2,25 meter persegi.

Polisi menduga kematian karena kehabisan oksigen. Sayang, laporan televisi dan media massa tidak menggambarkan kondisi kamar mandi. Bagaimana dengan lubang kunci, kerapatan pintu dinding, dan langit-langit. Biasanya di langit-langit kamar mandi ada lubang untuk ke loteng. Kalau ini tidak ada tentulah amat naif karena disebutkan korban, Ir Dodi Triono adalah seorang arsitek. Maka, bisa jadi korban dijejalankan ke kamar mandi dalam kondisi pingsan.

Ada juga wartawan yang bertanya tentang alat bukti yang didapat polisi di TKP. Informasi ini akan dimanfaatkan oleh pelaku sebagai langkah mencari alasan atau alibi. Sayangnya, polisi pun mau saja menjawab pertanyaan wartawan. Seperti rekaman CCTV akan lebih baik kalau polisi tidak memberikan penjelasan agar pelaku merasa aman sehingga mereka merasa tidak dikenal. Untuk apa polisi menyebarkan informasi berdasarkan rekaman CCTV bahwa identitas pelaku diketahui. Ini bisa jadi alasan pelaku melarikan diri atau bersembunyi.

Terus terang saya tidak mengikuti dengan seksama siaran langsung televisi karena laporan yang disampaikan sudah campur-aduk antara fakta, data dan opini (wartawan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun