Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa Penyebab Pengidap HIV/AIDS di Toraja Utara Dirujuk ke RS?

28 Februari 2018   07:44 Diperbarui: 28 Februari 2018   07:54 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pusat Tes HIV Anonim di Moskow, Rusia, 1/9-1987 (Sumber: rbth.com/Vladimir Velengurin/TASS)

"Akibat berjangkit HIV/AIDS, tiga warga asal Kabupaten Toraja Utara (Sulawesi Selatan-pen.) dirujuk di Rumah Sakit Elim Rantepao." Ini pernyataan pada lead berita "Terjangkit HIV/AIDS, Dua Warga Torut Meninggal" (beritalima.com, 21/2-2018).

Judul dan lead berita ini menunjukkan pemahaman wartawan dan redaktur media online itu yang sangat rendah terkait dengan HIV/AIDS. Orang-orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS tidak otomatis menderita (sakit) sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV).

Jika ada pengidap HIV/AIDS yang dirujuk ke rumah sakit, itu menunjukkan mereka mengidap penyakit infeksi oportunistik yang muncul pada masa AIDS. Celakanya, dalam berita tidak disebutkan apa penyakit yang diderita tiga warga pengidap HIV/AIDS itu sehingga mereka dirujuk ke rumah sakit. Bisa saja penyakit yang menyebabkan mereka dirujuk ke rumah sakit sama sekali tidak terkait dengan HIV/AIDS, seperti luka-luka karena kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja.

Disebutkan dalam berita "Setelah mendapat perawatan intensif medis pihak RS Elim Rantepao, selang beberapa hari, dua dari tiga pasien HIV/AIDS menyatakan meninggal dunia."

Pernyataan di atas mengesakan dua pengidap HIV/AIDS itu meninggal karena HIV/AIDS. Ini keliru karena kematian pengidap HIV/AIDS bukan karena HIV atau AIDS tapi karena penyakit lain yang muncul pada masa AIDS, disebut infeksi oportunistik, seperti diare, TB, dll. Dalam berita tidak disebutkan penyakit penyebab kematian dua pengidap HIV/AIDS itu.

Di bagian lain berita disebutkan: Maraknya penyakit HIV/AIDS masuk di Toraja, dikarenakan banyaknya perantau dari luar seperti, dari Malaysia, Papua, dan Kalimantan yang membawa keberadaan penyakit hingga saat ini belum ditemukan obatnya.

Sedangkan Kepala RS Elim Rantepao, Dokter Hendrik Sarangnga, mengatakan: "Pasien HIV/AIDS yang berobat di RS Elim kebanyakan setelah mereka tertular baru berobat di Toraja. Pasien HIV/AIDS kebanyakan setelah tertular baru pulang ke Toraja,"

Pernyataan di atas bisa mendorong stigma (cap buruk) terhadap perantau. Lagi pula mereka tidak menjalani tes HIV sebelum merantau sehingga tidak bisa dikatakan bahwa mereka tertular HIV di perantauan.

Ketika penanganan HIV/AIDS sudah berjalan dengan baik di banyak negara dengan indikator jumlah kasus baru yang turun drastis, di Indonesia justru sebaliknya: debat kusir terus terjadi terkait dengan kondom, pelacuran, dll. yang akhirnya meningkatkan jumlah insiden infeksi HIV baru, khususnya pada laki-laki heteroseksual dewasa.

Thailand, misalnya, dengan kasus450.000 pada tahun 2016 mencacat 6.400 kasus baru per tahun. Bandingkan dengan Indonesia dengan 620.000 kasus setiap tahun bertamban 48.000 (aidsdatahub.org).

Apakah kita tetap memilih debat kusir dengan risiko kasus baru terus bertambah atau menerapkan penanggulangan yang konkret. Pilihan ada di tangan kita. *

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun