Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kala Kesehatan Jadi Prioritas, Mobile JKN-KIS Pun Jadi Andalan

10 November 2017   10:36 Diperbarui: 10 November 2017   10:36 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak. Peribahasa ini mengajak kita berpikir jernih bahwa bencana, termasuk penyakit, tidak bisa diketahui kapan datang. Maka, bak pepatah 'sedia payung sebelum hujan' kita perlu menyiapkan diri untuk menghadapi penyakit walaupun semua orang tidak pernah berharap kena penyakit.

Itu artinya diperlukan jaminan agar sewaktu-waktu sakit ada yang memberikan jaminan pembayaran. Dalam hal ini Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan jadi penjamin yang handal dengan iuran yang terjangkau.

Empat tahun lalu mata kanan penulis mulai diselimuti awan. Bahkan sampai hampir gelap.

"Ini katarak, Pak," kata dr Helario Hasibuan, SpM, di Poli Mata RSUP Persahabatan, Jakarta Timur (dr Helario sekarang di RS Columbia Asia Pulomas, Jakarta Timur). "Tidak ada obat mencegah dan mengobati katarak. Yang ada hanya operasi," lanjut dr Helario.

Tiba-tiba pikiran saya melayang mengingat keluhan terkait dengan penanganan pasien di rumah sakit kalau memakai surat miskin dan Askes. Ketika itu biaya operasi katarak paling murah Rp 7 juta.

"Ah, Bapak 'kan pakai Askes," kata dr Helario memecah lamunan saya. Itu artinya tidak ada masalah terkait dengan biaya.

Setelah ada persetujuan saya pun menjalani pemeriksaan laboratorium, rontgen dan konsul ke Poli Jantung. Semua beres. Waktu itu operasi berjalan sehari sebelum Hari Raya Haji.

Ternyata cerita-cerita orang terkait dengan pasien surat miskin dan Askes tidak benar karena satu sen pun saya tidak bayar. Bahkan, untuk lensa yang disebut-sebut harus dibeli yang bagus, ternyata menurut dr Helario waktu hanya urusan branded bukan kualitas.

Saya hanya menambah untuk pembelian kaca mata karena saya memilih gagang (frame) di luar ketentuan Askes.

Tentu akan jadi masalah besar seandainya waktu itu saya tidak mempunyai jaminan kesehatan. Ini satu bukti bahwa jaminan kesehatan sangat diperlukan karena penyakit tidak bisa diduga-duga dan tidak bisa pula bisa dihindari semuanya.

Bulan Oktober 2017 giliran mata kiri saya yang mulai diselimuti awan. Sekarang Askes otomatis dileber ke BPJS Kesehatan. Rumah sakit pun ditentukan di kelas B sehingga saya harus pindah dari RS Persahabatan yang masuk kelas A ke RSUD Budhi Asih di Jakarta Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun