Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Delirium

10 November 2019   08:55 Diperbarui: 19 November 2019   20:10 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metamorfosis? | Sumber: pixabay.com

Bagi mereka, dirinya adalah ulat bulu.
Ulat bulu yang menghabiskan protein di sekitarnya.Bergidik bagi yang melihatnya, dan siapapun yang terkena serpihan bulunya akan mengalami rasa gatal dan panas di sekujur tubuh.Angin tidak peduli, bila dari tiupannya seorang anak menangis karena serangan gatal yang meroyak kulit.

Seburuk itukah diri ini di mata mereka?
Dia tidak kuasa mengubahkan kodratnya.
Bersembunyi saja, bila itu bisa membuatnya merasa menjadi diri sendiri.
Metamorfosis, semesta memanggilnya.
Pun bila itu berwujud kematian.
Mati, melebur dengan bumi, atau menjadi seekor kupu-kupu indah yang dinanti-nantikan para pencinta.

Pemuja sejarah mengabadikan kisahnya sesudah kematian. Mereka menyukai kenangan, dan kepingan episode kehidupan sesama ciptaan-Nya.
Mereka menyemai iri di lubuk hati terdalam, menikmati bara tumbuh mengakarnya.
Sebuah kenikmatan hidup dalam gelegak amarah dan kerinduan terhadap kematian sesama ciptaan.

Mungkin mereka adalah yang tertolak oleh nurani jernih pencinta kehidupan.

Metamorfosis terus memanggilku.
Penolakan oleh jiwa-jiwa mati dalam kedagingan yang lapar, aku tidak peduli lagi. :: Indria Salim ::

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun