Mohon tunggu...
Indrawadi Mantari
Indrawadi Mantari Mohon Tunggu... -

Citijen Journalism dan Humas Univ.Bung Hatta Padang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah Gempa Padang 7.9 SR Padang, 30 September 2009

30 September 2011   03:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:29 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kabar itu, warga agak tenang dan aku sampaikan juga, jangan panik dan sebaiknya tidak perlu evakuasi, karena wilayah kita berada dalam zona kuning.

Selang beberapa saat, aku coba stel radio di Handphone, terdengar sudah ada beberapa laporan kerusakan, kebakaran, kemacetan dan kepanikan luar biasa di semua penjuru kota.

Rupanya infus pulsa masuk dari Budi Buntua, kataya Heri Gemita yang nyuruh isi, dia juga langsung telpon menanyakan keadaan. Cepat saja aku tutup telpon karena batrai sudah mulai berkedip-kedip, sementara lampu mati untuk isi ulang.

Semua orang menggelar tikar, dan makan bersama-sama, karena umumnya telah selesai memasak untuk makan malam. Selepas magrib, aku keluarkan genset kecil, tapi bensinya kosong, aku lihat bensin motor juga sudah di posisi "E".

Sambil menuju SPBU di Mata Air, aku lihat berbagai kerusakan, semua warga menggelar tikar di luar. Sampai di SPBU, antrian cukup luar biasa dan macet. Akhirnya aku putuskan untuk kembali saja pulang.

Sampai di komplek, aku terungat tetangga yang bekerja di kantor BKKBN, dengan begitu aku yakin, dia pasti punya baju yang ada logo-logo kesehatan. Aku pinjam bajunya dan aku pasang secara tergesa, aku katakan, dengan baju tersebut akan mudah mendapatkan bensin tanpa harus antri.


Di SPBU Mata Air, ku temui salah sorang petugas, dan dia sarankan agar menemui manager operasioanal, memang ada dua buah pompa yang tidak di operasikan, katanya itu khusus untuk petugas penyelamat, aparat,dll.

Aku berbohong dan aku katakan, aku perlu bensin untuk genset, melihat aku memakai baju yang ada logo kesehatan, ia mengizinkan untuk mengisi bensin motor dan 10 liter bensin di drigen. Tak ku pedulikan ratusan motor dan mobil yang antri. Aku bersatwa sangka saja, orang-orang itu akan paham, bahwa aku petugas kesehatan (sekali-kali berbohong ada juga guna, tapi jangan di tiru).

Genset kecil berhasil hidup, warga komplek di gang rumahku, semuanya bermalam di luar rumah, kabel listrik dari genset di tarik keluar, di rasa persaudaraan terasa benar ketika duka terjadi, berbagi cerita, berbagi makanan dan lain-lain sebagainya.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Esok harinya, hujan turun, dan aku coba berkeling dengan motor, walau aku membawa handycam dan kamera digital. Aku heran kenapa tidak satupun gambar atau photo yang aku ambil, ciut saja nyaliku untuk mengambil gambar. Sekitar satu jam ku kelilingi Kota Padang, hatiku pilu, terbit juga air mataku saat melihat kawasan pondok hancur lebur, hotel ambacang ambruk, tempat kursus GAMMA hancur, kabarnya puluhan anak-anak terkubur dan belum satupun ang berhasil di evakuasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun