Profesi guru mata pelajaran diatas dinilai lebih menjanjikan karena mereka dapat membuka layanan les privat bagi siswa yang kurang menguasai mata pelajaran tersebut. Ini berbanding terbalik dengan nasib guru bahasa daerah, saya jarang atau bahkan belum menemukan bimbingan belajar formal untuk bahasa daerah.Â
Di kota besar terlihat jelas di mana berjamurnya lembaga bimbingan bahasa asing yang Inggris, Mandarin, Jepang, atau Perancis. Generasi muda lebih bersemangat belajar bahasa asing dibandingkan mendalami bahasa daerahnya sendiri.
Permasalahan ini kian kompleks ketika lowongan pekerjaan lebih memilih mereka yang fasih berbahasa asing untuk diterima.Â
Hal menarik saya rasakan selama tinggal di Bali. Di sini pemerintah provinsi dan daerah sangat kompak melestarikan bahasa dan sastra Bali kepada generasi muda. Ini terlihat bahasa Bali wajib diajarkan dari SD hingga SMA. Siswa yang berasal dari luar daerah pun dituntut untuk mempelajari bahasa dan sastra Bali.Â
Tidak hanya itu banyak tempat umum atau informasi yang sengaja menggunakan aksara Bali. Kita bisa lihat nama jalan yang ada di Bali selalu ada tulisan Bali sebagai pendamping tulisan tersebut. Teman saya pun yang keluarganya dari Jawa namun menetap di Bali justru pintar menulis aksara Bali bahkan tulisannya terlihat indah.Â
Upaya pelestarian budaya dan bahasa daerah inipun juga saya temukan di Yogyakarta. Tulisan aksara Jawa juga diajarkan di sekolah dasar dan banyak lokasi atau plang nama tempat yang ditulis dengan aksara Jawa.Â
Butuh kerjasama dan perhatian dari berbagai elemen untuk menguatkan budaya dan sastra daerah agar tetap lestari.Â
Bagaimana dengan di daerahmu apakah bahasa daerah juga diajarkan di sekolah?