Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Nihil Sejarawan, Kabinet Masa Depankah?

30 Oktober 2019   16:48 Diperbarui: 31 Oktober 2019   06:32 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayang, pekerjaan mereka terhenti akibat penugasan-penugasan berikutnya. Menjadi menteri, misalnya. Atau terjebak dalam jaring laba-laba intrik-intrik politik jangka pendek.

***

Dengan kesepakatan yang sudah kita ambil, mari lupakan seluruh cara, bentuk, hingga nama-nama tokoh yang mengisi posisi menteri. Sejak Kabinet Sutan Syahrir pascaproklamasi hingga @KaInMaju yang baru seminggu. Bukalah halaman buku sejarah yang sudah menguning dan dimakan rayap di gudang.

Makin kecil angka tahun nama-nama yang bisa distabilo, makin jauh kita berenang ke hulu. Dalam film-film science fiction, termasuk Avengers End Game yang paling banyak ditonton penduduk planet bumi, kapsul atau lorong waktu sering menjadi jawaban. 

Metodologi ahistoris, tentu. Walau bisa saja ditemukan dalam teori-teori ilmu sejarah atau arkeologi tentang lapisan-lapisan peristiwa dalam sejarah. Teori yang mirip dengan lapisan-lapisan awan.  

Saya langsung mematok satu nama, Ibnu Khaldun. Angka tahun saya lingkari, pertengahan abad ke-14. Nama yang mentereng. Ibnu Khaldun bagai sosok Zeus dalam mitologi Yunani. Zeus dalam artian sumber dari sumber ilmu. Termasuk kesaktian, hingga juga kejahatan yang bersisian dengan kebaikan.


Tentu Ibnu Khaldun bukan bagian dari kisah-kisah para dewa dan dewi Yunani itu. Dewa dan dewi yang menghindar dari teologi agama-agama dari langit. Dewa dan dewi yang justru mendapatkan pancaran (emanasi) dari sifat-sifat manusia. Yang Absolut sudah dicerai-beraikan dalam rahim reproduksi dewi-dewi -- dan manusia perempuan -- yang bergumul dengan Zeus -- atau yang menyerupai Zeus.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Ibnu Khaldun sejak kecil adalah peziarah. Beralas sajadah, membolak-balik buku dalam perjalanan jauh, berbilang hari, minggu, bulan, dan tahun. Sosok yang beratap langit. Tak ingin segera tiba di tujuan, sambil menggerutu kemacetan atau tiket mahal, sebagaimana manusia bumi dewasa ini. 

Ia dipuji lewat tulisan demi tulisan yang dibaca para petinggi negara-negara Islam yang saling berkompetisi. Tapi resiko juga mengintai dengan kejam. Kakaknya, Yahya Khaldun, dibunuh pesaing yang takut kehilangan posisi. Ilmu pengetahuan yang dimiliki Yahya lebih tinggi dan berisi. Tak mungkin dihadapi dalam majelis buku. Kematian menjadi jalan keluar tercepat untuk menyingkirkan perebutan jabatan.  

Karya-karya Ibnu Khaldun sudah banyak diketahui. Kisah hidupnya ditulis sendiri dalam bentuk otobiografi. Selama lebih dari enam abad, pamor Ibnu Khaldun bukan makin lenyap, tapi terus tersingkap. 

Kini, ada kecurigaan besar betapa ilmuwan-ilmuwan yang terlanjur didapuk sebagai penemu ilmu ini dan ilmu itu, hanyalah penerjemah karya-karya Ibnu Khaldun ke dalam bahasa negara atau kampusnya masing-masing. Bahasa yang dipakai Ibnu Khaldun telanjur sulit masuk sebagai bahasa ilmu pengetahuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun