Dari bawah meja, sebuah garpu sudah menancap di paha. Bang Komar berteriak kesakitan sambil berkata, "Seluruhnya, Bang!"Â
Hari itu perasaan Namrud senang bukan kepalang. Meski sendiri, ia tetap ditakuti.Â
Ia melangkah tenang, tersenyum dan mengangkat dagu. Ia berjalan, di antara orang-orang yang memandang dengan wajah ketakutan.Â
Hingga adzan Maghrib bergema. Namrud yang seharian berusaha mencari anak buah, kini harus mencari tempat melepas lelah.Â
Kata bijak yang kerap disalahgunakan, tak lagi berguna. Figur Namrud sudah kehilangan sentuhan mempengaruhi orang. Ditakuti, tetapi tak dihormati. Dan kisah Robin Hood kini sudah jadi dongeng basi.Â
Namrud duduk sendirian di balai bambu. Di dalam benak menimbang-nimbang, apakah harus menyesali perbuatan jahat, dan berhenti jadi preman. "Namun siapa yang akan percaya?"Â
Ia merasa takut, perbuatan baiknya cuma dianggap pura-pura. Toh, tak ada peluang lain yang terbuka. Dan berkelahi, satu-satunya bakat yang ia punya.Â
Dari balik kegelapan, sekelebat bayangan mendekat. Desir angin berhembus lirih. Adzan Maghrib, selesai berkumandang.Â
"Ya Tuhan! Berikan petunjukMu!"Â Namrud tiba-tiba berteriak. Dan tak menyadari, seseorang berdiri menggenggam pisau. Dan bersiap menikamnya dari belakang.Â
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian