Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Preman Kambuhan

30 November 2021   16:36 Diperbarui: 30 November 2021   16:46 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang melangkah di jalanan basah (Foto: StockSnap Via Pixabay)

"Bener sih, Bang," ucap lelaki itu, pelan. 

Dengan wajah pucat dan terbata-bata, lelaki itu melanjutkan kata-kata,"Tapi kemuliaannya bakal luntur, kalau perilaku Abang merendahkan orang." 

Kata-kata halus, membuat Namrud naik pitam. Ia berdiri dan mengepalkan tangan kanan. Tangan kiri meraih botol kecap. Dan suasana kembali mencekam. 

"Yaelah, Bang Namrud! Itu bocah habis kerja bakti. Dia ngecrek bukan ngemis! Narik udunan warga, buat kebersihan!" 

Perkataan Bang Komar mengalihkan perhatian Namrud. Kepalan tangan, kini terbuka. Ia meredakan amarah, untuk sesuatu yang lebih besar. Ya, wilayah kekuasaannya dahulu, harus kembali. 

Orang-orang mengelus dada. Keributan urung terjadi. Dan lelaki dekil yang membawa ember rombeng, sudah tak terlihat lagi. 

"Kau mau bicara soal ban bocor, atau kepalamu mau kubuat bocor?" 

Di sudut kedai, Namrud dan Bang Komar duduk satu meja. Tertawa-tawa. Mereka bercengkrama seperti dua sahabat lama.

"Bang, aku serahkan setengah lahan parkir buat Abang," ucap Bang Komar. 

"Hah?" gelagat Namrud seperti kurang dengar. 

"Setengah lahan parkir, Bang," ulang Bang Komar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun