Kepala keamanan kaget mendengar ucapan Burhan. Ia menatap penuh kekhawatiran. Dan menduga, ada yang tidak beres dengan perilaku anak buahnya.Â
Kian hari, tingkah laku Burhan semakin aneh di mata kepala keamanan. Ia sering terlihat berbicara sendiri di depan pintu paviliun tiga sembilan. Kadangkala bertingkah seolah tengah menggendong anak kecil. Bermain dan tertawa lepas.Â
Kekhawatiran itupun, didukung oleh data tentang Burhan yang pernah mendapatkan perawatan mental. Dan kepala keamanan, memutuskan menceritakan hal tersebut kepada kepala rumah sakit, bernama Dr. Gusman.Â
Hingga suatu hari, Dr. Gusman meminta Burhan menghadap. Dengan tergesa-gesa, iapun masuk ke ruangan. Rasa penasaran, menghantui. Kesalahan apa yang diperbuat. Padahal tugas dijalankan dengan baik, dan absensi tidak pernah telat.
Mulanya, pembicaraan mengalir biasa saja. Tentang tugas dan suasana kerja. Hingga Burhan bercerita tentang suster Amelia, dan gadis kecil yang tak kunjung sembuh. Raut wajah Dr. Gusman terlihat berbeda. Suasana mulai berubah.
Dr. Gusman meletakkan kacamata dan berdiri di samping Burhan. Ia menyerahkan sebuah map yang berisi daftar karyawan. Dan meminta Burhan membacanya. Setelah itu, Ia menunjukkan daftar pasien rawat inap, melalui layar komputer.Â
Burhan kebingungan. Membolak-balik daftar dan tidak menemukan suster bernama Amelia. Iapun menatap layar komputer dan tidak menemukan pasien anak bernama Chaca. Urat lehernya tegang. Keringat dingin mengucur deras.Â
Dr. Gusman menarik nafas panjang dan berkata, "Suster dan anak kecil yang kamu lihat, mereka tidak pernah ada di rumah sakit ini."Â
Seketika tubuh Burhan bergetar, kepalanya berat seperti tengah ditindih batu. Ia terpaku. Â Suster Amelia, dan pasien anak bernama Chaca. Benarkah mereka bukan manusia. Ingatan menyeretnya pada wajah-wajah di masa lalu.
Sembilan tahun lalu, Burhan mengantar Amelia bekerja masuk shift malam. Mereka membawa serta anak gadisnya yang berusia enam tahun. Menikmati perjalanan ke rumah sakit, tempat sang istri bekerja. Seperti biasa, dengan tawa dan canda mesra.Â
Nahas sebuah mini bus melaju kencang dari arah berlawanan, menghantam motor yang ditumpangi mereka bertiga. Dan tragedi itu, merenggut kebahagiaan keluarga kecil Burhan seketika.Â