Dengan seksama ia menatap anak gadis tersebut. Ia ingat, anak itu biasa berlarian di ruang tunggu rumah sakit saat sore hari. Bermain di antara antrian pasien dan hiruk pikuk pelayanan kesehatan.Â
"Mungkinkah, anak ini sedang menjalani perawatan?" Burhan berusaha menenangkan diri.Â
Sebelum ia meraih anak tersebut. Gadis kecil itu, menatapnya dan tersenyum. Kemudian berlari ke arah lorong kamar perawatan. Iapun berusaha mengejar. Namun tak lagi sempat. Gadis kecil, itu seolah-olah menghilang.Â
"Lapor, Ndan. Ada pasien anak yang lari ke lorong. Mohon pantau, apa sudah kembali ke bangsal?" lapor Burhan melalui handy talky.Â
"Laporan diterima! pasien anak, sudah kembali ke bangsal! Aman terkendali!" Karena tak ingin Burhan merasa ketakutan, Kepala Keamanan terpaksa berbohong.Â
Sebelum pulang kerja, Burhan bercerita pada kepala keamanan. Ia bertemu dengan seorang suster cantik di lorong dekat paviliun tiga sembilan. Dan mereka berkenalan.
Hari itu, kepala keamanan ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Iapun meminta Burhan untuk pulang dan beristirahat. Tugas jaga malam, sepertinya harus dirombak ulang.Â
Dua hari kemudian, Burhan terlihat mengisi absensi di pos keamanan. Ia menggantikan rekannya yang sakit mendadak. Menurut dokter, rekannya mengalami serangan jantung di malam hari.Â
Kabar yang beredar, ia melihat perempuan berpakaian suster yang tiba-tiba muncul di depan paviliun. Menjulurkan lidah dengan wajah penuh luka dan darah.Â
Burhan mengambil senter dan mulai berkeliling ke area rumah sakit. Melaksanakan tugas jaga seperti biasa. Iapun lebih percaya ucapan dokter, daripada gosip pegawai rumah sakit.Â
"Lapor, Ndan. Saya mau keliling dulu. Tak sabar bertemu dengan Suster Amelia," ucapnya.Â