Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sang Pembebas

21 Mei 2021   11:26 Diperbarui: 21 Mei 2021   11:35 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sang Pembebas /Foto: Omsinghrajputray Via Pixabay.

SUV hitam berhenti di depan lokasi proyek pembangunan gedung pencakar langit. Papan nama kontraktor yang dicoret tanda silang merah, bertengger di atas pagar pembatas berwarna biru muda. Di kanan-kiri berkibar panji-panji ormas tertiup angin. 

Dua unit crane, lima unit ekskavator dan delapan belas unit dump truk, melintang di depan gerbang. Para pekerja, terlihat berkerumun dan tak berhenti berteriak di depan sebuah bangunan semi permanen yang bertuliskan "office" pada pintu kaca. 

Lelaki flamboyan, berambut klimis disisir ke belakang, melangkah terburu-buru masuk ke lokasi proyek. Membawa sebuah map coklat di tangan kiri dan botol minum fiber di tangan kanan. Lelaki itu bernama Bono.

Ia terlihat mengambil pengeras suara dari pekerja yang memakai helm putih, dan menitipkan botol minum yang dibawa. Tak lama, bunyi sirine mengundang kerumunan tepat di muka lelaki tersebut. 

"Selamat siang semuanya, hari yang panas. Saya menghargai waktu rekan-rekan sekalian. Dan sepertinya, tak perlu bicara panjang lebar pada masalah yang tengah rekan-rekan alami. Karena di sini, saya membawa solusi konkret," seru Bono. 

Ucapan Bono terdengar laksana mantra. Para pekerja yang tadinya bergejolak, berteriak-teriak dengan membentang spanduk dan papan-papan bertuliskan kalimat bernada protes, seketika terlihat begitu tenang. 

Mereka menurunkan papan dan spanduk yang diangkat tinggi-tinggi. Suasana mendadak hening. Bono mengangkat tangan kiri dan menunjukkan map coklat ke arah kerumunan pekerja. 

"Saya butuh dua orang perwakilan pekerja, berdiri di sini bersama saya," pintanya. 

Siang itu, Bono memberhentikan dua ratus orang pekerja. Ia membubarkan aksi protes tak sampai tiga puluh menit, sejak kehadirannya di tempat itu. Dan tak terlihat lagi saat iring-iringan pekerja keluar dari lokasi proyek. 

Dua jam kemudian, Bono terlihat di sebuah ruangan kantor di daerah Bilangan Jakarta. Ia tengah berbincang dengan lelaki paruh baya. Botol minum fiber di atas meja, dimana Bono meletakkan secarik surat kesepakatan di bawahnya. 

"Saya masih sanggup bekerja, Pak," ucap lelaki itu berbicara dengan nada tegas, lugas dan penuh keyakinan kepada Bono. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun