Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Rarami dan Rembulan

10 April 2021   12:19 Diperbarui: 10 April 2021   12:19 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kisah Rarami dan Rembulan (Dokpri diolah via Splendid)

BULAN Purnama menghiasi langit malam di antara kerlap-kerlip bintang. Becermin genit pada telaga, memantulkan cahaya semesta. Ilalang dan kunang-kunang, menari diiringi irama jangkrik. Romansa alam di dinginnya suasana lembah nan asri. 

Hewan-hewan malam turun dari peraduan, menjelajahi padang rumput dan pepohonan. Bersukacita menyambut malam-malam berkabut. Deru nafas mangsa dan pemangsa berkejaran hingga pagi buta. Harmoni alam yang tak pernah usai. 

Sekelebat bayangan melintas di antara pucuk-pucuk jemuju. Kemudian, hinggap pada pohon apel yang berbuah lebat. 

Itulah kelelawar terbesar di seantero lembah yang bernama Rarami. Ia sangat lahap, buah-buah dimakan sampai tak bersisa. Satu pohon seolah-olah hanya menjadi miliknya. 

Namun hal itu, tak cukup menuntaskan nafsu makan Rarami. Ia masih sangat lapar. Rarami hinggap di pohon lain, memakan buah-buahan yang tengah dinikmati oleh kelelawar lain. 

"Hai Rarami, kurangi nafsu makanmu. Berbagilah dengan kami," ucap kelelawar kecil di ujung dahan. 

"Pergilah, aku masih lapar. Cari saja pohon lain, tak perlu mengurusi nafsu makanku!" jawab Rarami.

Kelelawar lain resah pada nafsu makan Rarami, mereka bersiasat untuk mengusir mahkluk tersebut keluar dari lembah. Jika berlama-lama, tentu buah-buahan lekas habis hanya untuk Rarami. 

"Aku tak sampai hati, bagaimanapun ia sebangsa dengan kita," ucap Raja kelelawar. 

"Nafsu makan Rarami meresahkan, kita harus bertindak," seru Menteri kelelawar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun