Mereka berpisah di seberang kedai, Fandi masuk ke kedai dan mulai benyanyi. Lagu lawas berjudul "Anak Zaman" dan "Kesaksian" milik Kantata Takwa, habis dimainkan.
Hari ini, Fandi mendapatkan hasil. Ia menghitung recehan di trotoar. Hingga, petugas berseragam Satpol PP membawa Fandi dan para tunawisma mengunakan lori ke kantor dinas sosial.Â
Fandi terlibat perdebatan dengan petugas, "Pak, saya bukan gelandangan, saya pengamen."
"Gini, Mas. Kamu mending ikut pendataan. Nanti ada pelatihan kerja dan disalurkan kerja, mau?" tawar petugas.
"Pak, tapi bukan hanya saya yang butuh dibantu. Ada puluhan anak jalanan, mereka tinggal di kolong jembatan gantung," ucap Fandi.
"Mak Amah, tolong Mak!"
Subuh dini hari, puluhan petugas mendatangi kolong jembatan gantung.Â
Petugas, membawa anak-anak di sana naik ke dalam lori. Terlihat Fandi ikut dengan petugas.
"Mas, kamu bilang mereka ada yang urus? kemana orangnya," tanya petugas.
Fandi mencari Ucup dan Bono di dalam lori, mengajaknya turun sejenak dan bertanya, "dimana Mak Amah?"
"Nah, itu Mak Amah!" Ujar Bono, seraya menunjuk pada ujung jembatan.
"Dimana, Bono?" tanya Fandi, matanya menatap tajam ke ujung jembatan.