Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ampun, Bang Jago

29 Desember 2020   11:50 Diperbarui: 29 Desember 2020   11:57 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ampun, Bang Jago by Pixabay

Jalan keluar, sudah diatur yang di atas. Pikir Siti. Kala melihat kesempatan untuk pergi meninggalkan Jerry. Terlebih kunci motor, Jerry tinggalkan di atas meja. Senyum Siti mengembang.

Sementara itu, Jerry tengah berkaca di depan wastafel. Membayangkan malam minggu yang asyik bersama Siti. Hatinya berbunga-bunga, seperti hutangnya pada rentenir yang juga berbunga-bunga.

Uang 200 ribu, harus dapat dihemat dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Caranya, dengan memanfaatkan Siti untuk kesekian kalinya.

"Jangan sebut aku, Jerry. Kalau tak bisa bikin hati kamu meleleh, malam ini," ucapnya pada bayangan sendiri di dalam cermin.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Betapa kagetnya Jerry. Melihat Siti sudah tak berada di tempatnya. Kunci motor sudah tiada, begitupun tas mungil Siti. 

Sementara, senyum manis pelayan restoran sudah menyambut di depan meja. Lengkap dengan bill di tangan kiri dan kalkulator di tangan kanan. "Ado nasi tambah yo, Uda," ucapnya.

Melayang sudah, uang 200 ribu. Ditambah KTP, sebagai jaminan kekurangan bayar. Nasib baik, pemilik restoran memberi ongkos pulang. 20 ribu, karena kasihan melihat Jerry memohon dengan wajah memelas.

Dari Margo city, Jerry berniat naik kereta saja. Dan iapun berjalan kaki menuju Stasiun Pondok Cina. Langkahnya terasa berat, seberat hutangnya pada Bang Jago. Rentenir paling ganas se-Jabotabek. 

Terakhir kali, Jerry membayarnya dengan kartu BPJS Kesehatan. Setelah sukses menjaminkan kartu debit kosong.

Tiba-tiba, leher Jerry dipiting tangan kekar. Menariknya menuju belakang area pertokoan yang sepi. Mulutnya dibekap, sampai-sampai dia merasa pengap. Apa gerangan yang terjadi, pikirnya.

Tubuh Jerry, dihempaskan ke atas conblock. Membuatnya kesakitan, sekaligus kaget. "Aduhh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun