Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dick, Bersahabat dengan Waktu

3 Desember 2020   22:10 Diperbarui: 3 Desember 2020   22:15 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Pixabay

DETIK demi detik berjalan semakin cepat dan Dick masih terbaring di atas ranjang, tenggelam dalam selimut dan mimpi indahnya di pagi itu.

Ayah mencium kening Dick, lalu mendoakan anaknya itu dengan khidmat selepas subuh, sebelum berangkat bekerja.

Ibunda sudah selesai menghidangkan sarapan dan bergegas membangunkan Dick.

"Bangunlah, pagi sudah menjelang," ucap bunda dengan lembut.

Dick masih terlihat menggeliat, dan iapun berkata, "aku masih mengantuk, Ibu."

"Kau akan terlambat, anakku," ucap ibunda, mengingatkan Dick.

"Aku tak ada rencana apapun hari ini," jawab Dick.

"Ini hari libur dan setiap hari libur, Ibu," lanjutnya.

"Teman-teman menunggumu didepan rumah, Dick," ujar ibu.

"Oh tidak, aku ada janji untuk joging bersama teman-teman," seru Dick, yang baru tersadar bahwa ia punya janji dengan teman-teman.

"Ibu, ke mana perginya teman-teman?" Tanya Dick yang baru saja selesai mandi.

"Mereka sudah menunggu lama dari ba'da subuh hingga pukul 6.30, anakku." Jawab ibunda.

Ibunda mengambilkan piring dan meletakkannya dihadapan Dick, beliau hanya tersenyum melihat anaknya yang mandi pagi dengan terburu-buru.

"Oh tidak, ini sudah pukul 7.00 pagi," keluh Dick.

"Habiskan sarapanmu, anakku," ucap ibunda.

"Baiklah, Ibu," jawab Dick lemas.

Ibunda memakai sweater berwarna abu tua dan dengan keranjang belanja ditangannya, ia mengusap kepala Dick dengan lembut, seraya berkata, "Dick, ibu akan pergi ke pasar sebentar."

"Tolong jaga rumah," pinta ibunda.

"Ayah sudah pergi bekerja kah, Ibu?" Tanya Dick.

Ibunda melangkah kearah pintu dan berkata, "beliau mencium keningmu seusai subuh tadi, anakku."

"Beliau meletakan buku untukmu, diatas meja belajar, bacalah," lanjutnya.

"Baiklah, Ibu," jawab Dick.

Dick melangkah ke meja belajar dan mengambil buku pemberian ayahanda, ia belum membukanya, hanya melihat sampul depan yang berjudul, "Bersahabat Dengan Waktu."

"Padahal, aku rindu memancing dengan ayah," keluhnya.

"Bukan membaca buku!" Lanjut Dick, seraya melemparkan buku tersebut.

Seketika, halaman buku yang terlempar mengeluarkan cahaya terang dan menyilaukan mata, Dick pun sampai terpejam melihatnya.

"Hei, apa yang terjadi?" Seru Dick, saat membuka matanya.

"Dimanakah aku berada?" Tanya Dick pada seseorang yang tengah berdiri tepat diatas sebuah akar besar dihadapannya.

Dick seketika sudah berada disebuah tempat yang asing baginya, sebuah tempat seperti hutan lebat dengan balutan kabut warna warni.

"Hehehehe, kau tengah berada dalam sebuah permainan, Dick!" Jawab seseorang yang berdiri diatas akar besar.

Oh bukan seseorang, itu adalah seekor kelinci yang amat besar.

"Dan kau, tak akan bisa keluar dari sini selamanya," lanjutnya.

"Kecuali, kau dapat menjawab teka-teki dari setiap angka yang kau temui," ungkapnya.

Dick menggigil ketakutan, iapun mencoba menenangkan diri dengan berani bertanya, "apa maksudnya?"

Kelinci besarpun hilang seketika dari hadapan Dick, membuatnya kebingungan atas apa yang tengah terjadi.

"Hei, apa maksudnya? Aku tak mengerti!" Teriaknya.

"Teruslah berjalan kearah cahaya, dan kau akan menemukan jawabannya!" Terdengar gema suara dari sang kelinci besar.

"Selamat bermain di negeri dongeng, Dick," kembali gema itu terdengar lagi.

Dick menarik nafas dalam-dalam dan masih tak percaya, bahwa ia saat ini berada dalam negeri dongeng.

"Negeri tanpa leyeh-leyeh dan bermalas-malasan," suara gema itu kembali terdengar dan perlahan-lahan menghilang.

Dick berjalan kearah cahaya, disekelilingnya hanya ada pohon-pohon rindang berbuah aneka angka dan rerumputan hijau bersinar membentang.

Tiba Dick disebuah tempat, tempat berbatu dengan tumpukan angka 6 yang berserakan dan aneka tanaman disekelilingnya pun membentuk angka 6.

"Apa lagi ini?" Pikir Dick.

Didepan sana, terlihat pohon kaktus beraneka warna tumbuh ditengah jalan, seperti hendak menghalangi langkah Dick untuk melanjutkan perjalanannya mencari arah pulang.

Tanah didepannya tiba-tiba bergerak dengan sendirinya, membawa Dick berlari menyongsong pohon-pohon kaktus didepannya.

"Ini seperti permainan halang rintang pada Kompasianival, ayah memberitahu pada setiap hitungan 6, aku harus segera melompat.

Hap! Dick memulai lompatan pertamanya dan iapun berhasil melewati pohon kaktus didepannya.

"1,2,3,4,5,6 dan Lom..Pat!" Teriaknya.

"6, Melompat!" Ucap Dick, mengakhiri lompatannya.

"Yuhuuuu, aku berhasil melewati semua halangan," ungkap Dick bergembira.

Cahaya didepan Dick semakin jauh terlihat, kini ia berjalan diantara kegelapan yang amat pekat.

"Sungguh menakutkan, apa yang harus aku lakukan!" Dalam hatinya.

Terlihat kunang-kunang beterbangan didepannya dan menunjukkan angka 9, mereka kadang menari-nari dan membentuk siluet angka sembilan.

Lalu terdengar gema suara berbunyi, satu, dua, tiga, empat, lima, dan sesosok monster dengan wajah yang menakutkan pun muncul dihadapan Dick.

Dick pun kaget bukan kepalang, ia sangat ketakutan dan hampir menangis.

Namun Dick berpikir, bahwa monster itu hanya mengagetkan dan tidak berbahaya, karena langsung menghilang setelah melewati angka 6.

"Angka enam lagi, oh aku mengerti!" Ucap Dick.

Dick mulai berhitung, 1,2,3,4,5,6 dan hap! diapun menutup matanya sekejap, menghindari pandangannya dari sosok monster yang akan mengagetkan.

Begitu seterusnya, hingga ia melihat sebuah gerbang bercahaya jauh didepan sana.

Dick segera berlari menuju gerbang bercahaya dan berharap dapat segera keluar dari tempat tersebut.

Ia tak henti memikirkan ibunda tercinta yang akan segera pulang ke rumah, Ibunda pasti akan sangat mengkhawatirkannya, saat mengetahui Dick tak berada dirumah.

Saat Dick sudah berada didepan gerbang, tiba-tiba sekawanan mahluk berbentuk angka-angka keluar dari gerbang bercahaya.

Mereka pun menghalangi Dick, untuk masuk kedalam gerbang bercahaya dan menatap tajam kearah Dick.

"Kau boleh lewat, namun harus dapat menjawab teka-teki dari kami," ucap Angka 10.

"Ada dua teka-teki, sesuai dengan angka yang kau pilih!," Kali ini Angka 2 yang berbicara.

"Aku mau keluar, aku sudah tak mau bermain!" Pinta Dick.

"Tidak bisa, lewati kami dahulu!" Jawab Angka 3.

Dick pun teringat pesan ayahanda, beliau selalu berkata, bahwa semua masalah dapat dihadapi dengan ketenangan dan pikiran jernih.

"Baiklah, sebutkan teka-teki apa yang harus aku pecahkan?" Tanya Dick dengan yakin.

"Pilihlah, satu diantara kami yang akan kau hadapi!?" Ucap Angka 1.

"Angka 8!" Pilih Dick.

"Bagus, akhirnya!!" Teriak Angka 8.

"Inilah teka-teki dariku, dengarkan baik-baik," seru Angka 8.

"Apa yang harus kau lakukan, saat melihat angka delapan pertama dan kedua dalam lingkaran diatas dinding!??" Lanjutnya, memberikan teka-teki pertama.

Dick menyadari, bahwa yang dimaksud lingkaran diatas dinding adalah sebuah jam dan angka delapan pertama menunjukkan pagi, sedangkan angka delapan kedua menunjukkan malam.

"Pada angka 8 pertama, aku harus sudah selesai sarapan dan mulai belajar," jawab Dick.

Angka 8 pun terperanjat kaget, mendengar jawaban Dick.

"Lalu pada angka 8 kedua, aku harus sudah bersiap makan malam dan mengulangi pelajaran tadi pagi," lanjut Dick.

"Kenapa bisa, begitu tepat!!" Teriak Angka 8.

"Pada angka berapa kau harus terlelap dalam gelap??" Lanjutnya, memberikan teka-teki yang kedua.

"Angka 9 saat malam!!" Teriak Dick dengan penuh keyakinan.

"Benarrrr!!!" Teriak Angka 6.

"Yuhuuuu!!" Seru Angka-angka tersebut bergembira.

"Dick, setiap kami menandai waktu, tugas kami hanya memandu dan mengingatkan akan aktivitas anak-anak," ungkap Angka 1.

"Membagi waktu, antara belajar, bermain dan beristirahat dengan baik dan benar," sambung Angka 5.

Angka 8 yang tadinya kesal pun, kini menghampiri Dick dan berkata, "semoga kau dapat mengambil pelajaran dari dunia dongeng, Dick."

Dick pun tersenyum lebar, karena sebentar lagi ia akan kembali kerumahnya dan bertemu kembali dengan ibunda.

Angka 1 akhirnya berkata, "pejamkan matamu dan hitung sampai 12, maka kau akan dapat kembali ke rumah."

Maka, Dick pun mulai menghitung, 1, 2, 3....

***

Referensi dongeng anak sebelum tidur

Indra Rahadian, 12/03/2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun