Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kisah Lale Si Lalat

21 Oktober 2020   22:13 Diperbarui: 22 Oktober 2020   17:33 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kisah Lale Si Lalat (Diolah pribadi)

Sebuah mobil sedan putih melintas pada perumahan resik nan asri diselatan kota Jakarta, melaju berhati-hati melewati polisi tidur didepannya, disamping kanan kiri terdapat rerumputan hijau dan bunga-bunga.

Namun sayang sekali, ketika ada tangan mungil yang terlihat membuang sisa makanan keluar dari jendela belakang mobil tersebut.

Makanan sisa itupun jatuh dipinggir jalan, sehingga menarik perhatian semut-semut dan seekor lalat yang kebetulan lewat.

Seekor lalat bernama lale hinggap pada sisa makanan tersebut sambil berteriak. "Hai semut, jangan kau ambil semua makanan ini ya!?".

"Cari makananmu ditempat lain, kami yang menemukan makanan ini lebih dulu!". Ujar salah satu semut yang sudah berada lebih dulu pada makanan sisa tersebut.

Tampaknya ucapan lalat itu menyinggung semut-semut tersebut dan mereka serentak berkata.

"Pergilah hai lalat!!".

Lale pun terbang berputar-putar dan sesekali mendekat, kemudian berkata.

"Jangan mentang-mentang jumlah kalian banyak ya, seenaknya mengusir aku".

Semut-semut tidak menghiraukan lalat tersebut sama sekali, mereka sibuk mencacah makanan dan mengambil yang dapat dibawa dengan mudah terlebih dahulu.

"Makanan ini takan habis untukmu sendiri kawan, lagipula tak secepat itu kalian semut-semut bisa mengangkut". Seekor lalat yang lebih besar tiba-tiba saja sudah hinggap di sana.

"Ya silahkan makan selagi sempat, karena kami akan membawa makanan ini semua kepada ratu kami". Ucap salah satu semut sambil terus mencacah makanan.

"Dan kami tidak akan menyisakan makanan ini untuk kalian, hahahaha". Ucap semut lainnya sambil tertawa.

Lale kembali hinggap dan mendekat pada lalat besar yang baru saja tiba.

"Siapa namamu hai lalat ?" Tanya lale.

Dengan sungutnya, lalat besar itu sibuk menempelkan makanan sisa pada kaki-kakinya.

"Apa!? Aku tak punya nama hai lalat kecil". Jawab lalat besar.

"Sejak larva aku tinggal sebatang kara". Lanjutnya.

Lale pun mulai ikut menghisap makanan sisa dan melempelkan pada kaki-kakinya.

"Namaku lale, aku dari sudut lorong sana". Sapa lale dengan ramah.

"Kenapa kau kemari, bukankah di sudut lorong sana banyak makanan". Ucap lalat besar.

"Itu beberapa hari yang lalu, sekarang sudah tidak ada makanan". Jawab lale seraya mengusapkan kaki depan pada sungutnya.

"Ada apa rupanya lale?". Tanya lalat besar.

Lale menghentikan aktivitas makan sejenak, sambil lebih mendekat pada lalat besar dia pun mulai bercerita.

"Karena manusia sudah merubah tempat sampahnya, dibuatnya tong sampah dengan tutup yang rapat, saat manusia lain membawa sampah tersebut kedalam truk, banyak saudara-saudaraku ikut dengan mereka".

"Tak adakah sisa sampah didalam tong itu," potong lalat besar.

"Tidak ada sama sekali, mereka membungkus sampah dengan plastik sebelum membuangnya," jawab Lale.

Seperti tak yakin pada jawaban lale, lalat besar kembali bertanya. "Bukankah saluran air yang dibuat manusia masih banyak makanan?".

Lale kemudian melanjutkan ceritanya, dengan kaki belakangnya masih terus menempel-nempel mengais makanan sisa.

"Tidak ada juga, mereka membersihkan saluran air dan got, malah dua hari yang lalu saudara-saudaraku banyak tewas terkena asap beracun yang disemprotkan manusia untuk mengusir nyamuk," ucap Lale.

"Aku dan saudara-saudaraku yang masih bertahan, akhirnya berpencar, mencari makan ke manapun sayap kami sanggup terbang, nasib baik tidak bertemu katak," keluhnya mengakhiri ceritanya.

"Oh ya darimana kau berasal hai lalat besar?". Tanya lale yang tak ingin mengingat saudara-saudaranya yang sudah tewas.
****

Lalat besar terbang berputar sejenak dan kembali hinggap, dia pun menjawab pertanyaan lale. "Aku berasal dari rumah manusia tak jauh dari sini".

"Aku ingat saat pertama kali dapat terbang, aku bermain dengan anak manusia, dia sangat lucu dan menggemaskan". Lanjutnya

"Oh ya, benarkah". Seru lale antusias.

Melihat lale yang antusias, lalat besar melanjutkan ceritanya dengan lebih serius.

"Banyak sekali makanan untuk kami lalat dan semut bahkan nyamuk juga kecoak dirumah tersebut, ada remah-remah kue berserakan, sisa sisa makanan mereka yang berhari-hari tidak dibersihkan, dan yang paling aku rindukan adalah masakan manusia yang lezat dimeja makan". Ucap lalat besar.

"Bawa aku kesana, aku pun ingin menikmatinya". Pinta lale kepada lalat besar.

"Entah lah, aku tak yakin keadaannya sama". Jawab lalat besar.

"Kenapa bisa begitu". Tanya lale penasaran.

Lalat besar itu pun kemudian terbang keatas dedaunan didekat makanan sisa tersebut, disusul lale yang ikut hinggap seakan menanti cerita lalat besar.

Lalat besar mengesekan salah satu kakinya diujung daun, kemudian dia memulai ceritanya.

Hari itu, saat aku bermain diluar rumah, aku hinggap untuk makan dari sampah mereka yang berserakan halaman, lalu hinggap bermain pada kotoran kucing dan ayam peliharaan manusia dirumah itu.

Setelah lelah, aku masuk ke rumah manusia dan mencoba bermain dengan anak manusia, saat itu dia sedang disuapi oleh ibunya.

Kemudian aku pun hinggap pada makanan diatas piring yang sedang dimakan oleh anak itu, sesekali ibunya mengusirku, tapi kadang juga tidak.

Kemudian aku kembali pada tempat tinggalku di keranjang berisi pakaian kotor manusia yang berhari-hari tidak dicuci, dan didalam kaus kaki lah tempat favoritku.

Keesokan harinya anak manusia itu menangis tak henti-hentinya, berkali-kali ibunya membawanya ke kamar kecil setelah muntah banyak sekali.

Ayah dan ibu anak tersebut membawanya dengan kendaraan berwarna putih, lalu dihari berikutnya aku tak pernah menemuinya lagi.

"Apa yang terjad,i" ucap lale pelan.

"Setelah itu petaka pun tiba, aku yang baru pulang bermain dari luar rumah, menemukan nyamuk-nyamuk dari dalam rumah berhamburan keluar dengan panik, banyak dari mereka lantas mati, wewangian yang disemprotkan manusia telah membunuhnya". Jawab lalat besar.

"Dan yang paling menyeramkan adalah tempat sampah mereka berganti baru, tak ada lagi kotoran hewan peliharaan mereka dihalaman rumah, aku pun terbang dan belum kembali". Tutupnya.
******

Lale sangat penasaran dengan cerita lalat besar, diapun kembali meminta untuk diajak menuju rumah manusia.

"Aku ingin melihatnya, tak pernah selama ini aku masuk ke dalam rumah manusia," ucap Lale memohon.

"Baiklah, ayo ikut aku lale," jawab lalat besar seraya terbang kearah rumah manusia.

Perjalanan yang cukup jauh, melewati taman dan rerumputan,  setelah memasuki pagar bewarna putih susu, akhirnya mereka pun tiba di teras depan rumah manusia.

Dimeja depan rumah terdapat secangkir kopi dan surat kabar, tak lama datang sesosok manusia yang kemudian mengambil dan membaca surat kabar tersebut dengan seksama.

"Lihat lalat besar, ada minuman manusia berwarna hitam," seru Lale dengan senangnya.

Lale hinggap diatas kursi kosong didepan meja, sementara lalat besar dengan tenangnya hinggap pada cangkir berisi kopi hitam yang terlihat menggoda.

"Ini namanya kopi, nikmat sekali hinggap dalam gelas berisi kopi Lale," ucap lalat besar kepada lale.

Lale melihat manusia itu menutup lembaran koran yang dibacanya dan matanya menatap kearah cangkir kopi.

"Hati-hati lalat besar, manusia itu sepertinya memperhatikan kita". Ucap lale memperingati lalat besar.

"Dia pemilik rumah ini lale, namanya bapak rudy dan selama ini tak pernah mengusirku". Jawab lalat besar dengan santuy.

"Lale ayo kemari, rasa kopi ini manis sekali," ajak lalat besar.

"Aku takut lalat besar". Jawab lale terbang menjauh dan hinggap diatas kursi kosong lainnya.

Dari pinggir cangkir, lalat besar pun kembali meyakinkan lale, seraya mencelupkan kaki-kaki belakangnya kedalam gelas kopi, kemudian berkata.

"Ahhh.. tidak apa appp #$!0@#!.."

Plakk....!!!! Pilinan surat kabar dari tangan pak rudy menghantam lalat besar hingga tak sempat melanjutkan ucapannya.

"Lalat besaaaarr!!!!". Teriak lale yang kaget bukan kepalang, melihat lalat besar sudah binasa dan mengambang didalam cangkir kopi.

Kemudian terdengar percakapan manusia dan suara cangkir kopi yang diangkat masuk kedalam rumah.

"Mbok tolong bersihkan rumah ya, cuci gelas ini juga, sudah muncul lagi lalat dirumah ini". Ucap pak rudy.

"Nggih, Tuan," jawab perempuan setengah baya sambil bergegas mengambil sapu.

"Aku mau jemput azis dan nyonya, mereka sudah boleh pulang dari rumah sakit," ucap pak Rudy sambil berlalu keluar rumah.

Perempuan setengah baya memegang erat sapu pada tangannya dan berkata. "Den azis akhirnya sembuh diarenya, syukur lah".

Sementara diluar pagar berwarna putih susu, lale pun tengah terbang dengan cepatnya, menjauh dari rumah tersebut, dan dalam hatinya berjanji tak akan lagi mendekati rumah manusia yang bersih dan sehat.

--------

*Menjaga kebersihan lingkungan rumah kita, menjauhkan ancaman penyakit dan marabahaya.

Untuk dongeng lainnya silahkan klik tautan di bawah ini :

*Alternatif dongeng anak sebelum tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun