Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banjir... Ah Sudah Biasa!

23 September 2020   22:19 Diperbarui: 23 September 2020   22:22 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang banjir musiman, bapak-bapak komplek akan lebih intens memeriksa kondisi got didepan rumahnya masing-masing, bersama perangkat RT atau RW, memeriksa pompa dan kondisi debit air disaluran irigasi atau sungai.

Kerja bakti akan semakin banyak dilaksanakan, namun pada masa pandemi ini, tokoh lingkungan komplek harus berusaha ekstra melaksanakan hal tersebut, tentunya dengan protokol kesehatan.

Banjir kiriman

Banjir kiriman, dalam masyarakat perumahan adalah banjir yang dialirkan dari komplek yang terendam banjir ke komplek yang lain, biasanya dengan ketinggian air yang sama.

Biasanya, banjir kiriman akan surut dalam satu atau dua hari, sebagian warga akan menutup saluran pembuangan air untuk memastikan tak ada aliran air dari daerah terendam, masuk ke komplek perumahan tersebut.

Berbeda dengan versi banjir Jakarta, yang sering dikatakan banjir kiriman dari puncak Bogor, dimana saat puncak Bogor hujan deras dan mengakibatkan banjir dengan ketinggian semata kaki didaerah tersebut, saat mencapai Jakarta, ketinggian air bisa mencapai pinggang orang dewasa.

Saat ini, dilingkungan komplek perumahan wilayah Tangerang, tokoh masyarakat dan emak-emaknya tengah bertarung dengan kesadaran warga mematuhi protokol kesehatan dalam masa pandemi, dan tugas magang sebagai guru privat anak sendiri, kadang anak tetangga, dengan sistem belajar online.

Pekerjaan tambahan pun harus dilaksanakan untuk mempersiapkan langkah-langkah antisipasi waspada banjir dan darurat bila terjadi banjir besar.

Gotong royong adalah kunci, karena banjir tidak hanya merendam satu rumah saja, jika handphone panas, karena musyawarah warga berpindah dari balai warga pada group WhatsApp, mulailah berkontribusi dengan kemampuan yang ada.

Tak perlu bicara sejarah panjang lebar tentang banjir, namun solusi menghadapi banjir saja masih buntu, saat hal remeh temeh soal sampah dan membersihkan saluran got saja masih diabaikan.

Kritik dan tekanan mengatasi banjir kepada pemerintah pusat dan daerah itu adalah hak masyarakat, namun kewajiban untuk mawas diri dan menjaga lingkungan harus diutamakan juga.

Seperti kata pepatah "hari ini harus lebih baik dari hari kemarin".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun