Warga Perumahan diwilayah Tangerang dan sekitarnya, sudah kuat mental akan datangnya banjir pada bulan-bulan berakhiran "ber" disetiap tahunnya. Dalam hal ini, terdapat kategori banjir yang biasa terjadi, dan cara warga mengatasinya.
Banjir musiman
Banjir musiman, terjadi saat intensitas hujan tinggi, dan berpatokan pada banjir yang terjadi didaerah ibu kota Jakarta.
Biasanya ditandai dengan aliran deras dan genangan air pada jalan-jalan utama dikomplek perumahan, hal ini membuat aktivitas emak-emak cantik untuk berbelanja dan mengantar anak sekolah menjadi terganggu, begitu pun aktivitas para suami untuk berangkat kerja.
Banjir musiman dibagi dalam dua kondisi, yakni banjir biasa dan banjir besar.
Banjir biasa, bisa terjadi setiap tahun, dimana level ketinggian air maksimal mencapai dengkul orang dewasa, menggenang dari jalan, lalu masuk melalui pintu dan merendam rumah, biasanya berlaku hanya pada perumahan yang dekat dengan saluran irigasi dan sungai.
Banjir besar, biasa terjadi dalam tiga tahun sekali, ada yang berpendapat, saat ini setiap lima tahun sekali, dimana secara massif banjir terjadi diseluruh pelosok perumahan dan jalan utama, menggenang hampir separuh bangunan rumah, bahkan dalam waktu tertentu bisa mencapai atap rumah.
Bisa dilihat, jika berkunjung kewilayah perumahan dengan halaman yang dibangun dengan tingkat kemiringan antara 40 - 50 derajat, dan ada tanjakan semen didepan pintu, maka lokasi tersebut disinyalir sering mengalami banjir tiap tahun.
Untuk warga yang berkecukupan, akan membangun rumahnya dua lantai, berfungsi mengamankan barang dan beraktivitas dilantai dua, saat kondisi banjir.
Namun sebagian lagi akan mengungsi ke rumah kerabat, atau mulai mengontrak kost-kostan didaerah yang tidak terlalu terdampak banjir, namun lokasinya tak jauh dari rumah tersebut.
Pada saat terjadi banjir, masyarakat enggan untuk meninggalkan rumah sepenuhnya, karena selain ancaman banjir, masyarakat juga dihadapkan pada ancaman maling yang muncul pada musim banjir.