Mohon tunggu...
Rudi kodok
Rudi kodok Mohon Tunggu... manajer

hobi membuat artikel selir77.fun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kursi Bayangan DPR RI Selir

9 September 2025   17:21 Diperbarui: 9 September 2025   17:21 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bayangan di Balik Kursi

Kota kecil bernama Mandalasari selama ini dikenal sebagai daerah yang penuh harapan. Sawah membentang luas, sungai mengalir jernih, dan masyarakat hidup dengan sederhana. Namun, di balik kehidupan yang tampak tenteram itu, tersimpan luka yang tak kunjung sembuh: korupsi yang merajalela.

Pusat perhatian masyarakat Mandalasari adalah Bupati Rahman. Sejak awal menjabat, ia menampilkan diri sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat. Senyumnya terpampang di setiap baliho, jabat tangannya hangat setiap kali menghadiri acara desa, dan pidatonya selalu manis di telinga. Ia pandai memainkan kata-kata hingga membuat orang percaya bahwa masa depan Mandalasari ada di tangannya.

Namun, kebenaran yang tersembunyi akhirnya muncul perlahan-lahan.

Kehidupan Bak Raja Kecil

Bupati Rahman tinggal di sebuah rumah megah yang orang-orang sebut istana kecil. Dari luar, bangunannya berdiri angkuh dengan pilar tinggi berlapis marmer, air mancur di halaman depan, dan garasi yang dipenuhi mobil mewah.

Bagi sebagian orang, rumah itu adalah simbol kesuksesan. Tetapi bagi yang lebih peka, rumah itu menjadi tanda tanya besar: dari mana datangnya harta sebanyak itu, sementara rakyatnya masih menjerit karena sawah tergenang banjir dan sekolah rusak berat?

Di dalam istana itu, Rahman hidup seperti seorang raja. Ia dikelilingi oleh pengusaha yang selalu mencari muka, pejabat bawahan yang siap tunduk, dan bahkan sekumpulan orang yang dijuluki "selir politik". Bukan selir dalam arti harfiah, melainkan orang-orang yang dengan sukarela menjual kesetiaan mereka demi proyek, jabatan, atau sekadar bagian kecil dari kue kekuasaan.

Rahman menikmatinya. Dalam pikirannya, ia adalah pusat dunia. Ia merasa berhak mengatur siapa yang mendapat keuntungan, siapa yang harus menunggu, dan siapa yang pantas dijatuhkan.

Luka yang Terabaikan

Sementara itu, masyarakat Mandalasari hidup dalam bayang-bayang ketidakadilan.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
    Lihat Cerpen Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun