Manajemen operasi sebenarnya telah ada sejak manusia mulai memproduksi barang dan jasa. Asal mula manajemen operasi dapat ditelusuri sejak awal peradaban manusia, namun pembahasan ini difokuskan pada 200 tahun terakhir.
Dalam pembahasan berikutnya, sejarah manajemen operasi tidak diuraikan menurut istilah kronologis yang kaku, tetapi menurut aliran-aliran utama. Atas dasar ini, terdapat tujuh aliran utama yang memberikan sumbangan terhadap perkembangan bidang manajemen operasi, antara lain berikut ini. Â
Asal-usul Manajemen Operasi
Dalam perjalanannya, manajemen operasi masih terbilang muda, namun sejarahnya dapat dikatakan unik, kaya, dan menarik. Eli Whitney (1800), dikenal sebagai orang pertama yang mempopulerkan komponen yang dapat dibongkar pasang, hal itu didapat melalui standardisasi dan pengendalian mutu. la berhasil memenangkan kontrak pemerintah Amerika Serikat untuk 10.000 pucuk senjata yang dijual dengan harga tinggi karena senjata tersebut dibongkar pasang.
Selanjutnya Frederick W. Taylor (1881), dikenal sebagai bapak ilmu manajemen, menyumbangkan ilmu seleksi karyawan, perencanaan dan penjadwalan, studi gerak, dan ergonomi bidang yang sangat populer pada masanya sampai sekarang. Hal itu merupakan suatu kontribusi terbesarnya melalui keyakinan bahwa manajemen bisa menjadi lebih kuat dan agresif dengan cara memperbaiki metode kerja. Tidak hanya itu, Taylor, Henry L. Gantt, Frank, dan Lillian Gilbreth termasuk orang-orang pertama yang secara sistematis mencari cara terbaik untuk memproduksi.
Sumbangan lain dari Taylor adalah manajemen harus bertanggung jawab dalam beberapa hal, di antaranya:
1. menempatkan pekerja yang tepat di tempat yang tepat;
2. menyediakan pelatihan yang memadai;
3. menyediakan metode kerja dan alat bantu yang sesuai;
4. menerapkan sistem insentif/imbalan untuk penyelesaian pekerjaan.
Pada tahun 1913, Henry Ford dan Charles Sorensen memadukan pengetahuan pada komponen yang distandardisasi dengan lint produksi, semu pada proses pengepakan daging dan industri mailorder. Selain itu, menambahkan konsep baru pada lint produksi, yaitu para pekerja berdiri, sementara bahan bergerak.
Pengendalian mutu juga berperan besar dalam sejarah manajemen operasi. Walter Shewhart (1924) memadukan pengetahuan statistiknya dengan kebutuhan pengendalian mutu dan menemukan dasar-dasar perhitungan statistik serta pengambilan sampel untuk mengendalikan mutu.
W. Edwards Derning dan Frederick Taylor (1950) berpendapat bahwa manajemen harus berbuat lebih banyak untuk memperbaiki lingkungan kerja dan proses agar mutu menjadi lebih baik.
Pentingnya manajemen operasional dalam periode ini menjadi semakin nyata karena perusahaan yang berhasil mengadopsi teknologi baru dan menerapkan praktik manajemen yang efisien lebih mungkin bertahan dan berkembang dalam iklan ekonomi yang berubah secara cepat. Dengan demikian, awal abad ke-19 adalah saat awal yang penting dalam perkembangan manajemen operasional sebagai tanggapan terhadap perubahan dramastis dalam manufaktur yang dipicu oleh revolusi industri.Â
Tiga periode utama dalam sejarah manajemen operasional adalah era Revolusi Industri (akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-20), era Manajemen Ilmiah (awal abad ke-20), dan era modern (pasca Perang Dunia II hingga kini) yang mencakup pendekatan seperti manajemen kualitas total, lean manufacturing, dan revolusi digital.
- Era Revolusi Industri (Akhir Abad ke-18 hingga Awal Abad ke-20): Ditandai dengan pergeseran dari produksi rumahan ke pabrik-pabrik besar berkat inovasi teknologi seperti mesin uap. Fokus utama adalah peningkatan skala produksi dan efisiensi dasar melalui spesialisasi tenaga kerja.
- Era Manajemen Ilmiah (Awal Abad ke-20): Dikembangkan oleh tokoh seperti Frederick Winslow Taylor, periode ini fokus pada penerapan metode ilmiah untuk menganalisis dan memecahkan masalah operasi. Konsep utamanya adalah standarisasi pekerjaan, pengukuran ilmiah, dan latihan karyawan untuk meningkatkan efisiensi.
- Era Modern (Pasca Perang Dunia II hingga kini): Periode ini melihat perkembangan berbagai pendekatan baru. Setelah Perang Dunia II, fokus bergeser ke manajemen kualitas (seperti TQM) dan kemudian ke efisiensi dengan pendekatan seperti Just-In-Time (JIT) dan Lean Manufacturing yang dipelopori oleh Toyota. Era digital yang dimulai pada akhir abad ke-20 membawa perubahan mendasar dengan penggunaan komputer, teknologi informasi, dan analisis data secara luas.
Operations management has actually existed since humans began producing goods and services. The origins of operations management can be traced back to the beginning of human civilization, but this discussion focuses on the last 200 years.
In the following discussion, the history of operations management is not outlined in a rigid chronological manner, but according to main streams of thought. On this basis, there are seven main streams that contributed to the development of the field of operations management, including the following.
The Origins of Operations Management
In its journey, operations management is still relatively young, but its history can be described as unique, rich, and fascinating. Eli Whitney (1800) is known as the first person to popularize interchangeable components, which was achieved through standardization and quality control. He succeeded in winning a contract with the US government for 10,000 rifles, which were sold at a high price because they used interchangeable parts.
Subsequently, Frederick W. Taylor (1881), known as the father of scientific management, contributed the science of employee selection, planning and scheduling, motion study, and ergonomics---a field that was very popular in his time and remains so today. This was his greatest contribution, driven by the belief that management could become stronger and more aggressive by improving work methods. Not only that, but Taylor, Henry L. Gantt, Frank, and Lillian Gilbreth were among the first people to systematically search for the best way to produce.
Another contribution from Taylor was that management must be responsible for several things, including:
placing the right worker in the right place;
providing adequate training;
providing appropriate work methods and tools;
implementing an incentive/reward system for job completion.
In 1913, Henry Ford and Charles Sorensen combined the knowledge of standardized components with the assembly line, borrowing from the meatpacking process and the mail-order industry. In addition, they added a new concept to the assembly line: the workers stand still while the material moves.
Quality control also played a major role in the history of operations management. Walter Shewhart (1924) combined his statistical knowledge with the need for quality control and established the foundations of statistical calculation and sampling to control quality.
W. Edwards Deming and Frederick Taylor (1950) argued that management should do more to improve the work environment and processes to achieve better quality.
The importance of operational management in this period became increasingly evident because companies that successfully adopted new technology and implemented efficient management practices were more likely to survive and thrive in a rapidly changing economic climate. Thus, the beginning of the 19th century was an important starting point in the development of operational management as a response to the dramatic changes in manufacturing triggered by the Industrial Revolution.
The three main periods in the history of operational management are the Industrial Revolution era (late 18th to early 20th century), the Scientific Management era (early 20th century), and the modern era (post-World War II to the present), which includes approaches such as total quality management, lean manufacturing, and the digital revolution.
The Industrial Revolution Era (Late 18th to Early 20th Century): Characterized by the shift from home production to large factories due to technological innovations such as the steam engine. The main focus was on increasing the scale of production and basic efficiency through labor specialization.
The Scientific Management Era (Early 20th Century): Developed by figures such as Frederick Winslow Taylor, this period focused on applying scientific methods to analyze and solve operational problems. The main concepts were work standardization, scientific measurement, and employee training to improve efficiency.
The Modern Era (Post-World War II to the Present): This period saw the development of various new approaches. After World War II, the focus shifted to quality management (such as TQM) and then to efficiency with approaches like Just-In-Time (JIT) and Lean Manufacturing, pioneered by Toyota. The digital era, beginning in the late 20th century, brought fundamental changes with the widespread use of computers, information technology, and data analysis.
- Situs kampus :Â
https://mp.digitechuniversity.ac.id/berita#
- Ig kampus :
https://www.instagram.com/digitechuniversity.official?igsh=MWJ1d2h2ZzE4am41OQ==
- Prodi : D3 Manajemen PerusahaanÂ
- Himpunan :
https://www.instagram.com/himap_digitechuniversity?igsh=aWdpMzBiam4ycm0y
- Ig Pribadi :Â
https://www.instagram.com/aziza_dstya?igsh=dWRhdXo3bmNtZzRu
- Referensi :Â
https://repository.ibmasmi.ac.id/assets/files/content/f_0448_20230831134141.pdf
https://www.scribd.com/document/695594903/sejarah-singkat-manajemen-operasional
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI