Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

ILC, 212 dan Standar Adab Kita

6 Desember 2018   20:12 Diperbarui: 6 Desember 2018   20:28 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

3. Jujur dengan pilihan kata yang baik
Gunakan kata yang santun dan penuh penghormatan. Hindari kata-kata yang merendahkan. Hindari juga jargon yang bisa membuat orang bingung, tapi tentu tak mau terlihat bingung. Akhirnya pembicaraan bisa ke mana-mana.

Terus terang apa adanya itu baik, asal kata-kata yang digunakan baik. Aa Gym sangat terus terang dengan mengatakan bahwa hatinya sakit saat umat Islam dituduh intoleran, anti NKRI. Hal ini disampaikan dari hati dengan kata-kata baik, sehingga tidak menimbulkan sanggahan.

4. Jangan menuduh dan merendahkan orang lain
Hal yang paling membuat saya patah hati adalah poin ini. Ada nara sumber yang menuduh tanpa data. Para pendatang yang jauh-jauh datang dari berbagai kota, bahkan sampai merangkak dan jalan kaki disebut mayoritas HTI? Nggak salah dengar? Berniat mengganti khilafah? Anti NKRI? 

Siapapun yang mengatakan hal ini artinya tidak meneliti secara mendalam, tidak melakukan interview langsung, dan tidak serius dalam menyampaikan kebenaran. Risetlah dulu sebelum bicara. Lakukan PR dengan baik sebelum bicara.

Ada pula narasumber yang membawa berbagai topik di luar topik yang sedang dibahas hanya untuk menjatuhkan narasumber lain, dan akhirnya memancing yang lain terlibat debat kusir dengan topik yang tidak terkait. Ini sungguh sangat tidak elok dan memalukan. 

Dan kalau ada yang mencoba menjatuhkan kita, jangan terpancing. Diskusi bisa larut menjadi kancah perang yang memalukan.

5. Dengarkan mereka yang sedang berbicara
Bermain hp saat ada yang bicara terlihat sangat tidak sopan. Dengarkan! Jadi kita faham posisi berbagai pihak, bukan sekedar bikin asumsi sendiri dan menuduh. Apalagi kalau kamera TV menyorot sikap tak elok ini. Runtuh sudah citra orang Indonesia yang santun dan penuh kasih. Muncul citra orang Indonesia yang tidak sopan, tak mau mendengar dan egois.

Reuni 212 adalah standard, contoh teladan, yang membuktikan bahwa orang Indonesia bisa berakhlak mulia. Reuni 212 adalah bukti cinta kasih dan persatuan umat yang semangat untuk saling mendukung dan membantu. Dicontohkan oleh kakek yang bersimbah peluh merangkak sepanjang jalan, oleh masyarakat dari Ciamis, Kalimatan bahkan luar negeri. 

Reuni 212 adalah pengorbanan. Dari uang, waktu, darah, keringat dan air mata. Dan tak ada yang merasa berkorban, karena semua dilakukan dengan penuh cinta. Masyarakat dari Minangkabau sampai harus charter pesawat karena bis tiba-tiba tidak mau membawa mereka. Dan mereka pun membawa satu ton rendang untuk dibagikan gratis di reuni 212. Atau seorang anak bujang yang membawa satu kantong plastik minyak angin. 

Tidak banyak-banyak, mampunya segitu, alhamdulillah. Tidak untuk koar-koar, membanggakan diri atau HTI, tidak. Mereka benar-benar hadir untuk keluarga besar anak bangsa yang menanti di Monas dengan penuh kasih, ingin shalat dan berbagi bersama. Mereka bahagia dengan bukti kasih itu.

Yuk kita jaga sama-sama cinta ini. Jangan izinkan ia luntur. Jaga sama-sama nilai-nilai ini dalam hidup kita sehari-hari. Jangan sampai pengorbanan kakek, nenek, ibu, laskar mujahid, sampai donatur, yang datang dan tidak datang, berhenti dengan selesainya acara. Izinkan acara ini untuk menjadi awal pembangunan akhlak umat. Minimal setahun kita jaga semua ini, sampai reuni berikutnya kita saksikan dengan standard yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun