Sebelum tahun baru imlek dan perayaan cap go meh sebenarnya aku diundang seorang sobat untuk menikmati suasana perayaan umat Budha di Palembang, namun sayang baru di hari rabu 15 pebruari saat libur pilkada kusempatkan ke kota pempek ini. Perayaan cap go meh sudah berakhir tetapi aku tetap terbang ke Palembang menikmati nostalgia mengunjungi sobat lama sekaligus menyusuri sungai musi yang sudah sangat populer.
Turun dari pesawat rintik hujan sudah menyambut pagi hari yang ceria karena bertemu sahabat yang sudah lama tak berjumpa. Sopir yang menjemput ku bercerita akhir-akhir ini kota Palembang sering diguyur hujan walaupun tidak terlalu deras. Keluar dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II terlihat proyek Light Rail Transit (LRT) yang sedang dikerjakan. Palembang termasuk kota yang sangat pesat perkembangan pembangunannya, salah satu yang cukup membanggakan yaitu pembangunan kompleks olah raga Jaka Baring yang venue pertandingannya memenuhi standar internasional. Areal ini selain tempat olahraga prestasi juga dapat dimanfaatkan menjadi sarana rekreasi keluarga!
Setelah berkeliling kota sejenak dan menikmati kemacetan layaknya kota metropolitan, akhirnya aku sampai ke dermaga di kawasan benteng kuto besak di depan pasar 16 ilir yang sangat terkenal. Di sini cukup banyak perahu karena perahu merupakan angkutan sungai yang sangat diandalkan warga untuk transportasi, selain itu di dermaga ini perahu juga dimanfaatkan untuk kuliner kapal terapung. Selesai tawar menawar dengan pemilik perahu dan harga disepakati, akupun langsung duduk diatas perahu kayu yang sangat sederhana dengan mesin ala kadarnya.
Perjalanan ku menyusuri sungai Musi dari dermaga perahu di benteng kuto besak ke pulau Kemaro memakan waktu sekitar 40 menit, karena perahu berjalan santai tanpa diketahui berapa kecepatan knotnya. Di tengah perjalanan perahu yang kutumpangi sempat mengisi bahan bakar yang dijajakan di tengah sungai berbentuk spbu ala pertamini terapung. Selama perjalanan cukup banyak pemandangan yang menarik untuk dinikmati ditepian sungai, antara lain seperti kampung kapitan, kampung arab al munawar, bahkan ada klinik terapung musi yang memberi layanan kesehatan. Hal unik tentang kampung arab al munawar yaitu penghuninya masyarakat etnis arab, terdapat rumah berusia ratusan tahun dan kulinernya khas kampung arab seperti nasi minyak. Penduduk kampung arab ini datang dari jazirah arab ratusan tahun lalu. Di kampung ini dari sisi budaya warga perempuan arab tidak boleh menikah dengan pria yang bukan keturunan arab,  namun bagi pria arab boleh menyunting wanita pribumi yang non arab. Konon jika perempuan arab menikah dengan pria pribumi maka garis dari Rasulullah akan terputus karena pria pribumi tidak memiliki  darah keturunan Rasulullah. Sobat kompasianerwati mau dapat pria arab? Coba deh mampir ke sini kali aja kecantol pria arab yang tampan hehehe…
Kalau sobat kompasianer ke Palembang mampir deh jalan-jalan ke Pulau Kemaro dengan menyusuri Sungai Musi. Asyik loh berpetualang penuh sensasi dan hiburan. Salam pesona Indonesia, my trip my adventure.